Suplai Magma di Gunung Semeru Alami Peningkatan Sejak Oktober 

Aktivitas permukaan seperti erupsi, embusan dan Awan Panas Guguran (APG) konstan.

AP/Dicky Bisinglasi
Para pria membawa kasur untuk dibawa ke tempat penampungan sementara saat mengumpulkan barang-barang dari rumahnya yang terkena dampak erupsi Gunung Semeru di Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Indonesia, Selasa, 6 Desember 2022. Gunung Semeru, latar belakang, memuntahkan kolom abu tebal lebih dari 1.500 meter (hampir 5.000 kaki) ke langit pada hari Minggu. Desa-desa dan kota-kota terdekat diselimuti abu yang jatuh, menghalangi sinar matahari, tetapi tidak ada korban yang dilaporkan.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM mengungkapkan, hal-hal yang terjadi pada Gunung Semeru sebelum bencana 4 Desember 2022. Hal ini diungkapkan Koordinator Gunung Api PVMBG, Oktory Prambada dalam konferensi pers (konpers) secara daring, Rabu (7/12/2022).


Pria disapa Tory ini mengungkapkan, laporan catatan kegempaan Gunung Semeru selama setahun terakhir. Sejak awal tahun hingga 7 Desember 2022, Tory menyatakan, ada kecenderungan penambahan suplai magma mulai awal Oktober lalu. "Itu ada suplai siginifikan," kata Tory.

Di sisi lain,  aktivitas permukaan seperti erupsi, embusan dan Awan Panas Guguran (APG) konstan. Hal ini berarti krisis kegempaan Gunung Semeru masih relatif tinggi terutama di bagian kawah tetapi potensi erupsi dan APG kecil. Saat ini yang masih mengancam adalah lahar dingin sehingga aktivitas Gunung Semeru berada di level empat atau awas.

Tory mengatakan, terdapat fakta menarik ketika jumlah suplai magma meningkat sejak Oktober lalu. Menurut dia, informasi deformasi menunjukkan adanya inflasi sehingga datanya saling mendukung. Informasi kegempaan melalui suplai magma ternyata memiliki keterkaitan dengan data deformasi. 

"Jadi suatu hal berkesinambungan sehingga dalam beberapa waktu terakhir kita bisa berkoordinasi dengan BPBD, masyarakat sekitar secara intensif selama beberapa bulan terakhir," ucapnya.

Selain itu, pihaknya juga menemukan adanya anomali panas pada 4 Desember lalu sebesar 15 megawatt (mw). Namun data ini turun kembali ke angka 3 mw pada 7 Desember 2022. Menurut Tory, data ini mengindikasikan berkurangnya penumpukan material pijar di sekitar permukaan kawah yang sebelumnya disebabkan erupsi yang terjadi setiap hari.

Selanjutnya, Tory mengungkapkan, hal menarik ketika terjadi anomali thermal. Pihaknya menemukan kadar belerang dioksida di udara lebih banyak pada 2 Desember lalu dengan besaran 1.78 Dobson unit. Hal ini yang menyebabkan Badan Geologi melalui PVMBG mengumumkan rilis pers selama dua hari berturut-turut karena terdapat anomali sejak 2 Desember lalu.

"Ini petunjuk bagus buat kita semua lebih siap mempersiapkan mitigasi terutama potensi APG bisa terjadi kapan saja termasuk yang terjadi pada 4 Desember lalu," jelasnya.

Pada kesempatan tersebut, Tory menegaskan, saat ini Gunung Semeru masih berada pada level empat. Hal ini berarti masih ada potensi terjadinya APG dan erupsi kecil. Sebab itu, dia mendorong semua masyarakat bisa menaati ketentuan yang sudah diberikan. Salah satunya melalui peta kawasan rawan bencana (krb) yang menjadi mitigasi yang sudah disampaikan instansinya.

Dia meminta masyarakat untuk bersabar karena saat ini Gunung Semeru sedang menjalankan tugasnya untuk menyeimbangkan alam. Ia berharap kondisi tersebut tidak berkepanjangan dalam kondisi demikian. "Bahwa Semeru tidak akan selamanya seperti itu, ada tugas istirahat," kata dia menambahkan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler