Tahun Depan Indonesia Jadi Tuan Rumah Konferensi Insinyur se-Asia Tenggara
Setiap tahun insinyur di negara Asia Tenggara bertemu untuk berbagi informasi.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Indonesia akan menjadi tuan rumah konferensi insinyur se-Asia Tenggara pada 2023 mendatang. Acara yang dikenal CAFEO (Conference of ASEAN Federation of Engineering Organization) ini menurut rencana akan diselenggarakan di Bali pada November tahun depan.
Menurut Sekretaris Jenderal Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Pusat, Bambang Goeritno, CAFEO merupakan ajang silaturahmi antara organisasi persatuan insinyur se Asia Tenggara. Setiap tahun insinyur di negara Asia Tenggara bertemu untuk berbagi informasi dan pengalaman seputar keinsinyuran, termasuk usaha-usaha untuk menjalin kerjasama antar negara Asean.
"Kami menyambut kehadiran teman-teman insinyur ASEAN di CAFEO 41 tahun depan di Bali," ujar Bambang, Jumat (9/12).
Pada 2022 ini, kata dia, pihaknya pun menghadiri CAFEO ke-40 yang diselenggarakan di Pnomh Penh, Kamboja, 5-8 Desember kemarin. Dalam CAFEO ke-40 ini, PII mengirimkan 50 delegasi.
Konferensi ini, kata dia, antara lain diisi dengan sesi working group and ASEAN Engineering Inspectorate yang terdiri dari disaster preparedness, sustainable cities, energy, environment, educational and capacity building, transportation and logistics, engineering mobilities, Woman Engineers forum, Young Engineers Forum, Building Inspectorate, Manufacturing Inspectorate, Electrical Inspectorate, dan Boiler Inspectorate.
"Acara ini, akan dihadiri insinyur dari 10 negara ASEAN," katanya.
Sementara menurut Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Danis Hidayat Sumadilaga, pada konferensi inipun pihaknya mengusulkan 450 insinyur Indonesia agar terdaftar dalam ASEAN Engineer Register (AER).
AER, kata dia, merupakan sertifikat registrasi para insinyur profesional yang diberikan The ASEAN Federation of Engineering Organizations (AFEO), organisasi keinsinyuran di Asia Tenggara. Tujuannya, untuk memberikan standardisasi dasar terkait profesi insinyur dalam menghadapi persaingan global.
Hingga saat ini, kata dia, terdapat 2 ribu insinyur Indonesia yang sudah bersertifikasi internasional tersebut. Menurutnya, registrasi AER ini penting agar insinyur Indonesia memiliki mobilitas yang tinggi sehingga bisa mengerjakan proyek di luar negeri bahkan menempati posisi strategis seperti project manager hingga project director.
"Syarat untuk diusulkan ke AER ini adalah insinyur harus minimum ditingkatan Insinyur Profesional Madya (IPM) yang disyaratkan oleh Persatuan Insinyur Indonesia (PII)," katanya.
Adapun jumlah insinyur dalam negeri yang sudah tingkatan IPM, kata dia, sebanyak 20 ribu. "Yang sudah teregister di AER baru 10 persen," katanya.
Direktur Eksekutif PII, Habibie Razak, mengatakan, insinyur Indonesia terlibat aktif di berbagai proyek keinsinyuran di Indonesia.
"Termasuk proyek strategis nasional dan pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur. Tentunya kami mendukung suksesnya program transisi energi untuk mencapai target net zero di tahun 2060," katanya.