Data Teleskop James Webb akan Terbuka untuk Publik?
Usulan akses data teleskop James Webb mengundang kontroversi.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Suatu hari, komunitas umum mungkin bisa memiliki kesempatan untuk mengakses data dari teleskop James Webb. Teleskop Luar Angkasa James Webb (Webb atau JWST) membuat gebrakan ketika pada bulan Juli lalu merilis foto-foto sains yang menakjubkan. Untuk saat ini, publik hanya diperbolehkan melihat sebagian kecil dari data yang dikumpulkan teleskop.
Namun, Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang mempertimbangkan untuk membuka data dari observatorium senilai 10 miliar dolar Amerika Serikat (AS) ke kalangan yang lebih luas, termasuk para ilmuwan.
“Ini topik yang cukup kontroversial,” kata Alessandra Aloisi, kepala Kantor Misi Sains di Space Telescope Science Institute (STScl) di Maryland, yang mengoperasikan JWST dan Teleskop Luar Angkasa Hubble, kepada Space.com.
Perdebatan tersebut berasal dari arahan Kebijakan Kantor Sains dan Teknologi Gedung Putih yang dirilis pada Agustus. Kebijakan menyatakan bahwa, pada akhir 2025, penelitian yang diterbitkan berdasarkan data yang didanai pemerintah federal harus segera membuat data tersebut tersedia secara gratis.
NASA sedang mempertimbangkan untuk melangkah lebih jauh dan mensyaratkan agar semua data yang didanainya dibuka untuk umum tanpa penundaan.
Membuat data JWST segera menjadi milik publik misalnya bisa dilakukan dengan penggunaan server pracetak arXiv.org oleh para astronom. Di situ, publik dapat membaca penelitian ilmiah terbaru secara gratis, tanpa berlangganan jurnal yang mahal.
“Seluruh komunitas astronomi semakin menuju akses terbuka,” kata Aloisi.
Namun, hanya sekitar seperempat dari pengamatan terencana teleskop untuk tahun pertama yang segera dirilis, menurut laporan majalah Science. Sebanyak 75 persen sisanya dikunci.
Membuka kunci data JWST dapat membuka sains baru bagi para peneliti yang tidak memiliki sumber daya untuk mendaftar sendiri. Para ilmuwan yang mengembangkan rencana untuk pengamatan baru akan memiliki lebih banyak data yang ada untuk bekerja dari sebelumnya, sehingga berpotensi mempercepat proses ilmiah.
Meskipun penemuan itu sendiri bergantung pada data aktual, seseorang harus memiliki ide untuk mengumpulkan data itu. Para ilmuwan umumnya menginginkan penghargaan atas ide mereka.
Periode akses eksklusif satu tahun pada data JWST dimaksudkan sebagai permulaan yang cukup sehingga tim peneliti di belakang proposal menjadi tim peneliti yang menerbitkan temuannya terlebih dahulu.
“Idenya adalah bahwa orang-orang yang mendapatkan ide ilmiah dan mendapatkan data diizinkan untuk memiliki periode waktu ketika mereka tidak perlu khawatir akan ide mereka akan diambil oleh orang lain,” kata Aloisi.
Waktu eksklusif itu juga memberi para astronom ruang bernapas untuk melakukan analisis mereka dengan lebih hati-hati.
Pengamatan ekslusif
Pengamat JWST akan mempertahankan akses eksklusif satu tahun mereka untuk setidaknya 1,5 tahun pengamatan berikutnya. STScI telah mulai menerima proposal untuk tahun kedua sains JWST, yang akan dimulai Juli mendatang.
Selain itu, NASA telah memiliki perjanjian tertulis dengan mitra misinya, badan antariksa Eropa dan Kanada, yang menentukan periode eksklusif satu tahun. Setiap perubahan pada prosedur penanganan data JWST akan mengharuskan perjanjian tersebut disesuaikan.
Pada 2018, institut menguji membuat proposal para ilmuwan untuk menggunakan Hubble secara anonim dengan harapan meningkatkan keragaman pada pengamat terpilih. Dan institut tersebut juga telah menyesuaikan periode eksklusif untuk observasi Hubble.
Ketika teleskop diluncurkan pada tahun 1990, para ilmuwan yang telah memenangkan waktu untuk menggunakan Hubble memiliki satu tahun lebih awal, seperti pengamat JWST saat ini. Tetapi institut memutuskan untuk membagi dua periode itu menjadi enam bulan untuk pengamatan yang dimulai pada akhir 2017, menimbulkan kekhawatiran dari para astronom.