Ini Dilema yang Dihadapi Megawati, Prabowo, Airlangga, dan Surya Paloh

King maker punya dilema masing-masing.

istimewa/doc humas
Peneliti LSI Denny JA, Fitri Hari (kanan) didampingi Moderator Farhan Dailamy menyampaikan paparannya saat merilis Survei terkini bertajuk Dilema 4 King Maker Untuk Tiga Pasangan Capres di Jakarta, Selasa (20/12/2022). Di bulan Desember 2022, LSI Denny JA mencatat tumbuhnya empat king maker yang akan menentukan maksimal tiga pasang Capres.
Red: Joko Sadewo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menyebut empat king maker Pilpres 2023, saat ini masih menghadapi dilema masing-masing.

Peneliti LSI Denny JA, Fitri Hari, mengatakan pada Desember 2022, LSI Denny JA mencatat tumbuhnya empat king maker yang akan menentukan maksimal tiga pasang Capres. Empat king maker tersebut adalah Megawati Soekarno Putri, Airlangga Hartarto (AH), Prabowo Subianto, dan Surya Paloh.


Dari keempat orang itu, menurut Fitri, Megawati Soekarno Putri, Airlangga Hartarto (AH), Prabowo Subianto, disebut penerus legacy Jokowi. Sedangkan, Surya Paloh dianggap potensial sebagai antitesa Jokowi.

"Di kalangan pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi, Ganjar Pranowo yang paling unggul di atas capres lain. Di kalangan yang tak puas dengan kinerja Jokowi, Anies Baswedan yang unggul di atas capres yang lain,” kata Fitri, dalam siaran pers, Selasa (20/12/2022).

Masing-masing dari empat king maker, menurut Fitri, memiliki dilemanya sendiri. Surya Paloh misalnya, dilemanya adalah Nasdem tetap di pemerintahan atau keluar dari pemerintahan. Sehingga mereka tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan.

"Dilema Megawati misalnya adalah membuat kader PDIP menjadi Cawapres Prabowo (bagi Puan atau Ganjar) atau meninggalkan Prabowo dan kader PDIP maju sebagai Capres,” ungkapnya.

Sementara itu, dilema Airlangga Hartarto misalnya adalah maju sebagai Capres (tapi elektabilitas belum tinggi) atau fokus menjadi cawapres  bagi capres yang potensial menang.

"Dilema Prabowo misalnya adalah kesulitan mencari Cawapres di luar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin Cawapresnya,” kata Fitri.

Data dan analisa didasarkan pada survei nasional pada tanggal 10 - 19 Oktober 2022 dan riset kualitatif. Survei nasional menggunakan 1200 responden di 34 Provinsi di Indonesia. Wawancara dilaksanakan secara tatap muka (face to face interview). Margin of error (Moe) survei ini adalah sebesar +/- 2.9%.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler