AS Khawatir Rusia-China Bertukar Strategi untuk Rusak Persatuan NATO

Angkatan laut Rusia dan China dijadwalkan menggelar latihan militer gabungan besok.

AP/Russian Defense Ministry Press S
Dalam foto selebaran yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia, Presiden Rusia Vladimir Putin, tengah, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu, kiri, dan Wakil Komandan Pasukan Lintas Udara Anatoly Kontsevoy, kanan, mengunjungi pusat pelatihan militer Distrik Militer Barat untuk mengerahkan pasukan cadangan di Wilayah Ryazan, Rusia, Kamis, 20 Oktober 2022. Amerika Serikat (AS) mencemaskan Rusia dan China dapat bertukar strategi dengan tujuan merusak persatuan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Rep: Kamran Dikarma Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) mencemaskan Rusia dan China dapat bertukar strategi dengan tujuan merusak persatuan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Washington meyakini, pertukaran semacam itu sudah dilakukan Moskow dan Beijing.

Baca Juga


“Mereka (Rusia dan China) semakin sering menggunakan alat umum yang seharusnya menjadi perhatian NATO,” kata Perwakilan Tetap AS untuk NATO Julianne Smith, dilaporkan Financial Times, Selasa (20/12/2022).

Smith mengungkapkan, dia yakin Rusia dan China sedang bertukar “taktik hibrida” yang dapat menciptakan risiko, seperti risiko pasokan energi dan masalah keamanan dunia maya. "Tidak ada keraguan bahwa mereka bekerja untuk memecah belah mitra dalam aliansi transatlantik. Kami sangat menyadari upaya ini dan berniat untuk melawan mereka," katanya.

Smith mengatakan, AS tidak bermaksud mengalihkan perhatian sekutu NATO ke kawasan Asia-Pasifik. Namun hanya berupaya memastikan kebijakan pertahanan domestik yang kuat dari negara-negara anggota aliansi.

Angkatan laut Rusia dan China dijadwalkan menggelar latihan militer gabungan pada 21-27 Desember. Itu merupakan latihan rutin yang sudah dilaksanakan kedua belah pihak sejak 2012. “Tujuan utama dari latihan tersebut adalah untuk memperkuat kerja sama angkatan laut antara Rusia dan China serta menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia-Pasifik,” kata Kementerian Pertahanan Rusia dalam sebuah pernyataan, Senin (19/12/2022).

Dalam latihan itu, Rusia akan mengerahkan empat kapal perangnya, termasuk kapal penjelajah rudal Varyag. Sementara China bakal menurunkan enam kapal perangnya. Sejumlah pesawat dan helikopter dari kedua negara akan turut diterjunkan. Penembakan rudal dan artileri di Laut China Timur menjadi salah satu aksi yang bakal dilakukan dalam latihan gabungan tersebut.

Sejak konflik di Ukraina pecah, Rusia berusaha mempererat hubungan politik, keamanan, dan ekonomi dengan China. Moskow melihat Presiden China Xi Jinping sebagai sekutu utama dalam aliansi anti-Barat.

Akhir bulan lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, hubungan negaranya dengan China terus berkembang meskipun situasi dunia tidak stabil. Dia pun mengapresiasi kian eratnya kerja sama bilateral kedua negara, terutama di bidang energi. “Terlepas dari situasi internasional yang rumit, kemitraan komprehensif serta ikatan interaksi strategis antara Rusia dan China terus berkembang. Industri energi tetap menjadi salah satu bidang kerja sama ekonomi kita yang utama dan berkembang paling cepat,” kata Putin dalam pesannya kepada para peserta the Fourth Russian-Chinese Energy Business Forum, dilaporkan laman kantor berita Rusia, TASS, 29 November lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler