Bank Mandiri: Mayoritas UMKM Sudah Beroperasi Normal Oktober 2022

Survei Mandiri Institute menyebut 88,6 persen UMKM telah beroperasi normal

ANTARA/Umarul Faruq
Pengunjung melihat produk UMKM (ilustrasi). Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono menyebut mayoritas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau sebesar 88,6 persen dari 642 UMKM yang disurvei beroperasi normal setelah terdampak COVID-19 pada Oktober 2022.
Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Head of Mandiri Institute Teguh Yudo Wicaksono menyebut mayoritas Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) atau sebesar 88,6 persen dari 642 UMKM yang disurvei beroperasi normal setelah terdampak COVID-19 pada Oktober 2022.


"Berdasarkan survei kami, terdapat transisi dari 86,3 persen pada Januari 2022 menjadi 88,6 persen UMKM telah beroperasi normal," kata Teguh dalam Mandiri Economic Outlook Kuartal IV 2022 yang dipantau di Jakarta, Selasa.

Sementara itu sebesar 10,5 persen UMKM beroperasi terbatas dan 0,9 persen menutup usahanya terutama karena kenaikan harga bahan baku dan tidak memiliki modal usaha.

Adapun sebanyak 171 atau 32 persen telah melakukan penjualan secara online, dimana 4 persen mulai berjualan online sejak 2010 atau sebelumnya, 3 persen pada 2011-2013, 5 persen pada 2014-2016, 37 persen mulai berjualan online pada 2017-2019, dan 51 persen berjualan sejak pandemi COVID-19 di 2020.

Jumlah UMKM yang berjualan online mengalami penurunan dibandingkan pada kuartal IV-2020 yang mencapai 57 persen karena pandemi COVID-19 yang mulai terkendali. Sebanyak 87 persen dari UMKM yang hendak berjualan online mengatakan mereka menghadapi kendala dari sisi penjual sendiri, dengan 35 persen mengatakan produknya kurang cocok dijual secara online dan 29 persen mengatakan pembeli memilih membeli secara langsung.

Sementara mayoritas atau sebanyak 18 persen dari UMKM yang telah berjualan online mengatakan masih menghadapi kendala berupa modal usaha."Menariknya, sebanyak 16 persen mengatakan persaingan online lebih kompetitif. Karena apabila membeli melalui platform dalam jaringan, masyarakat bisa membandingkan harga, dan biasanya konsumen sensitif terhadap perbedaan harga,"ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler