Bangsa Arab yang Pernah Meyakini Jin Terhubung dengan Manusia
Di masa pra-Islam terdapat keyakinan bahwa jin itu terhubung dengan tubuh manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di masa pra-Islam terdapat keyakinan bahwa jin itu terhubung dengan tubuh manusia dan membatasi pergerakannya. Jin juga mendorong manusia ke dalam bahaya delusi dan pikiran yang berlebihan atau obsesif.
Kemudian Islam datang dan menegaskan bahwa keyakinan itu keliru sehingga Islam pun melarangnya. Salah satu ulama Al-Azhar Kairo Mesir, Syekh Dr Muhammad al-Bahi menjelaskan, Islam datang untuk menentukan jalan manusia dalam realitas kehidupan.
"Dan juga untuk menjaganya dari jalan takhayyul dan keyakinan terhadap delusi," kata dia seperti dilansir Islam Online, Kamis (22/12/2022).
Atas dasar itulah, Islam melarang berbagai bentuk takhayyul. Seperti ramalan, astrologi, dan menganggap sial yang disandarkan pada gerakan burung atau semacamnya.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada 'Adwa (penyakit yang menular dengan sendirinya tanpa sebab), tidak ada thiyarah (merasa sial karena hal tertentu terjadi), tidak ada Hammah (kesialan karena burung hammah), tidak ada Shafar (kesialan pada bulan Shafar), tidak ada Nau (ramalan bintang), tidak ada Ghul (sebutan jin). Aku menyukai al-Fa'l (optimisme)." (HR Muslim)
Dahulu orang Arab meyakini adanya jin dan setan yang menampakkan diri kepada manusia dalam berbagai bentuk, yang menyesatkan dan menghancurkan banyak orang. Karena itu, hadits tersebut menjadi sangkalan terhadap apa yang diyakini oleh orang-orang Arab sebelum Islam datang, karena tidak ada yang seperti itu dalam kehidupan manusia.
Artinya, jalan kehidupan amat terbuka bagi manusia. Tidak ada halangan di dalamnya kecuali dosa yang dilakukannya. Dan tidak ada yang membatasi gerak seseorang di dalam realitas kehidupan ini, kecuali jiwa manusia itu sendiri.
Karena itu, jika seseorang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya, maka dia tidak akan mempercayai pengaruh eksternal dari dirinya dan faktor luar selain realitas manusia. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya." (QS Ali Imran ayat 159)
Al-Hakim meriwayatkan dalam kitab shahihnya, Al-Mustadrak, bahwa Aisyah RA mengatakan Rasulullah SAW bersabda, "Sikap waspada tidak mampu menolak takdir. Doa memberikan manfaat kepada hal-hal yang telah terjadi dan yang belum terjadi. Pada saat musibah itu turun, doa segera menghadapinya. Keduanya saling bertarung hingga tiba hari kiamat".