Pascagempa 2018, Puluhan Masjid Terbangun di Lombok

Masjid yang dibangun pascagempa 2018 di Lombok didanai warga dari tiga negara.

Republika/Thoudy Badai
Warga melaksanakan shalat di sebuah masjid di Lombok. Setelah gempa 2018, banyak orang antusias menyedekahkan harta untuk membangun masjid di sana.
Red: Erdy nasrun

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gempa yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 2018 menyisakan duka bagi masyarakat di sana. Ada yang kehilangan anggota keluarga, juga mengalami kerugian materi yang tak sedikit. Namun di balik itu, gempa tersebut mengundang empati bangsa dan dunia.


Bantuan berdatangan dari pemerintah dan swasta. Bahkan hingga kini, ada saja pihak yang masih terus memberikan bantuan kepada masyarakat Lombok. 

Yayasan Al Ummah Foundation Indonesia menyatakan, setelah peristiwa gempa, donatur dari tiga negara berdatangan untuk menyisihkan sebagian harta yang dimiliki untuk mendukung pembangunan di Lombok. Mereka mendanai pembangunan 36 masjid di kawasan yang kerap disebut Bumi Gora tersebut.

"Donatur itu berasal dari Singapura, Malaysia dan Arab Saudi," kata pimpinan Yayasan Al Ummah Foundation Indonesia, Zamroni Husaini kepada ANTARA di Sembalun, Lombok Timur, Ahad (1/1).

Rata-rata harga setiap masjid yang dibangun kembali oleh donatur itu pascagempa Rp 700 juta. Kebanyakan dana dihabiskan untuk mengadakan bahan bangunan.

Donatur dari tiga negara tersebut, kata dia, berasal dari kalangan individu atau per keluarga. Mereka ingin membantu membangun kembali rumah ibadah. Niat mereka adalah untuk membantu masyarakat. Juga menjadi amal jariyah (sedekah jariyah) yang kerap menenangkan mereka di alam kubur.

"Seperti jika ada donatur di tiga negara itu ingin memberi nama untuk orang tuanya, maka mereka akan menyumbangkan uangnya untuk membangun masjid," kata pria asal Lombok Timur yang lama tinggal di Singapura dan Malaysia.

Kepedulian donatur tersebut setidaknya bisa meringankan beban biaya dari pemerintah saat pascagempa Lombok. "Jika mengandalkan dari pemerintah atau masyarakat, tentunya pembangunan masjid memakan waktu bertahun-tahun," katanya.

Saat ini, kata dia, pihaknya akan melakukan penguatan dakwah dan ekonomi Islam di masjid. Ekonomi Islam di masjid itu, seperti membuat semodel koperasi yang menjual sembilan bahan pokok (sembako) atau bahan bangunan.

Dari keuntungan penjualan di koperasi itu, ia menyebutkan akan digunakan untuk operasional masjid dari biaya marbot sampai perbaikan masjid. "Bahkan dana itu juga bisa digunakan untuk mengundang penceramah dakwah Islam," katanya.

Sehingga dakwah dan ekonomi di masjid akan berjalan bersama demi kesejahteraan umat Islam, katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler