Kesulitan Bicara Setelah Kena Strok? Terapi Ini Perbesar Peluang Pulih

Penyintas strok kerap mengalami kesulitan bicara.

Pixabay
Strok (ilustrasi). Bernyanyi dapat meningkatkan fungsi bahasa penderita strok.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setelah pendarahan otak, penyintas strok berisiko mengalami afasia atau gangguan bahasa dan komunikasi. Afasia dapat memengaruhi kemampuan seseorang untuk memahami ucapan, berbicara, membaca, menulis, dan menggunakan angka.

"Itu tidak memengaruhi kecerdasan karena orang dengan afasia masih berpikir dengan cara yang sama, tetapi tidak dapat mengomunikasikan pikiran mereka dengan mudah," jelas Stroke Association dalam sebuah keterangan, dilansir laman Express, Senin (2/1/2023).

Afasia akan memengaruhi orang dengan cara yang berbeda dan tidak ada dua orang yang memiliki kesulitan yang sama persis. Sebuah studi baru yang dilakukan oleh para peneliti University of Helsinki, Finlandia, menemukan bahwa bernyanyi dapat meningkatkan fungsi bahasa penderita strok.

Rehabilitasi berbasis menyanyi dapat mendukung komunikasi dan produksi ucapan serta memberikan kesempatan untuk dukungan rekan sebaya. "Penelitian kami memanfaatkan berbagai macam elemen bernyanyi. Ini termasuk nyanyian paduan suara, terapi intonasi melodi, dan pelatihan menyanyi dengan bantuan tablet," kata peneliti postdoctoral, Sini-Tuuli Siponkoski.

Dalam terapi intonasi melodi, produksi ucapan dipraktikkan secara bertahap dengan memanfaatkan melodi dan ritme, untuk berkembang dari bernyanyi menuju produksi ucapan. Selain itu, sesi rehabilitasi dipimpin oleh terapis musik terlatih dan konduktor paduan suara terlatih.

"Selain pelatihan produksi ucapan, rehabilitasi berbasis kelompok ini memberikan kesempatan yang sangat baik untuk dukungan rekan sebaya, baik untuk pasien maupun keluarga mereka," ujar Siponkoski.

Sementara itu, ahli saraf Dr Robert Brown mengatakan bahwa strok kadang-kadang dapat menyebabkan kecacatan sementara atau permanen. Komplikasi dapat berupa kelumpuhan atau hilangnya gerakan otot, misalnya kehilangan kemampuan untuk menggerakkan sisi kiri tubuh.

Kerusakan pada otak dapat menyebabkan hilangnya ingatan atau kesulitan berpikir, yang dapat memengaruhi penilaian seseorang. "Bisa jadi orang mengalami kesulitan mengendalikan emosi atau mengembangkan depresi," papar Dr Brown.

Baca Juga


Orang yang mengalami strok dapat mengalami sensasi yang tidak biasa pada tubuh, yang dapat digambarkan sebagai perasaan kesemutan pada anggota tubuh. Mereka kemungkinan akan jadi lebih pendiam serta membutuhkan bantuan dalam perawatan tubuh dan pekerjaan sehari-hari.

"Kerusakan di sisi kiri otak dapat menyebabkan gangguan bicara dan bahasa," kata Dr Brown.

Deteksi gejala stroke dengan metode FAST - (Republika)

Sebagian besar penderita strok akan menjalani rehabilitasi, tetapi perawatannya berbeda untuk setiap individu. Para ahli yang terlibat dalam perawatan pascastrok dapat mencakup ahli saraf, dokter rehabilitasi medis (ahli fisioterapi), perawat rehabilitasi, ahli diet, terapis fisik, terapis okupasi, terapis rekreasi, ahli patologi wicara, pekerja sosial atau manajer kasus, psikolog atau psikiater, dan pemuka agama.

Orang yang menderita kesulitan bicara dan bahasa disarankan untuk berlatih percakapan dalam suasana yang nyaman. Mereka diajak untuk berbicara dengan caranya sendiri, meskipun kalau itu berarti mengandalkan gerak tubuh atau kartu isyarat yang menunjukkan kata-kata yang sering digunakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler