Ahli Kardiologi Ungkap Jenis Makanan yang Memperburuk Kadar Kolesterol
Kolesterol tinggi bisa tingkatkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskular.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolesterol tinggi bisa meningkatkan risiko kejadian kardiovaskular yang berbahaya, seperti serangan jantung atau strok. Memperbaiki pola makan merupakan salah satu upaya penting yang perlu dilakukan untuk mengontrol kadar kolesterol.
Secara umum, tubuh membutuhkan kolesterol untuk membangun sel serta memproduksi vitamin dan hormon lainnya. Akan tetapi, terlalu banyak kolesterol di dalam tubuh bisa memicu masalah kesehatan.
American Heart Association mengungkapkan bahwa kolesterol bisa berasal dari dua sumber. Sumber pertama adalah kolesterol yang diproduksi oleh organ hati. Sedangkan sumber yang kedua adalah kolesterol yang berasal dari asupan pangan hewani, seperti daging-dagingan, unggas, dan produk susu.
Bila mengacu pada rekomendasi Johns Hopkins Medicine, kadar kolesterol yang normal untuk orang dewasa adalah kurang dari 200 mg/dL. Sedangkan kadar kolesterol bisa dikatakan tinggi bila mencapai angka 240 mg/dL atau lebih.
Menurut ahli kardiologi dan pendiri Step One Foods, Dr Elizabeth Klodas, kadar kolesterol yang optimal untuk setiap orang bisa berbeda-beda. Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan kadar kolesterol secara berkala dengan dokter.
"Saya selalu mencoba menggunakan diet (pola makan) sebagai pengobatan pertama (untuk kolesterol tinggi)," jelas ahli kardiologi dan pendiri Step One Foods, Dr Elizabeth Klodas, seperti dilansir NBC Chicago, Selasa (3/1/2023).
Terkait hal ini, Dr Klodas mengatakan ada empat makanan yang memiliki efek paling buruk untuk kolesterol tinggi. Berikut ini adalah keempat makanan tersebut beserta opsi makanan alternatifnya.
Daging Merah
American Heart Association mengungkapkan bahwa daging merah memiliki kandungan lemak jenuh dan lemak trans yang tinggi. Kedua jenis lemak ini dapat mendorong hati untuk memproduksi lebih banyak kolesterol.
Orang-orang yang ingin menjaga kadar kolesterol tak harus menjauhi daging merah sepenuhnya. Akan tetapi, mereka perlu membatasi jumlah daging merah yang dikonsumsi.
Dr Klodas menyarankan agar konsumsi daging merah dibatasi menjadi satu porsi per pekan dengan jenis daging yang minim atau tanpa lemak. Satu porsi sajian daging merah yang dianjurkan adalah tak lebih dari 3 ons.
"Ingat, unggas juga mengandung lemak jenuh, jadi menghindari daging merah bukan berarti Anda dapat mengonsumsi ayam dengan berlebih," jelas Dr Klodas.
Dr Klodas juga tak merekomendasikan orang-orang untuk mengganti asupan daging dengan daging buatan yang terbuat dari tumbuhan. Menurut Dr Klodas, tumbuhan tak seharusnya "berdarah" atau diolah menyerupai daging.
Alternatif: Ikan berkulit putih seperti tilapia, halibut, kod, dan bass.
Makanan Digoreng
Proses penggorengan akan meningkatkan jumlah kalori yang terkandung dalam makanan. Peningkatan ini terjadi karena lemak jenuh atau lemak trans dari minyak akan terserap ke dalam makanan.
Alternatif: Makanan yang dipanggang atau "digoreng" dengan air fryer.
Daging Olahan
Bila mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), produk daging olahan seperti hot dog dan salami dikategorikan sebagai karsinogen atau pemicu kanker. Dampak buruk daging olahan berasal dari kandungan sodium dan lemak jenuhnya yang tinggi.
Alternatif: Batasi asupan daging olahan dan jadikan daging olahan sebagai suguhan istimewa di waktu tertentu saja.
Produk bakeri Produksi Massal
Produk bakeri seperti kukis, kue, dan kue pastri yang diproduksi secara massal umumnya padat akan kalori, gula, dan lemak. Produk seperti ini minim akan nilai gizi dan bisa memicu peningkatan kadar kolesterol.
Alternatif: Buat sendiri produk bakeri di rumah dan kontrol jumlah serta jenis lemak dan gula yang digunakan.