Restrukturisasi Rampung, Saham Garuda Siap Terbang Tinggi
Indonesia berhasil menekan hutang hingga 50 persen.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Garuda Indonesia telah memasuki babak baru dengan dirampungkannya restrukturisasi, yang mengembirakan ini diikuti oleh pencabutan suspensi saham yang mulai diberlakukan pada awal tahun ini. Dengan hal itu, diharapkan saham maskapai plat merah ini dapat terbang tinggi.
Optimisme tersebut didasari oleh pembukuan kinerja positif yang berhasil dicatatakan pada 2022, dimana Garuda Indonesia berhasil menekan hutang hingga 50 persen. Serta konsistensi pertumbuhan kinerja positif sejak pertengahan 2022 lalu menjadi dasar iklim kinerja yang positif di tahun 2023 ini dimana hingga kuartal III-2022 maskapai pelat merah tersebut telah membukukan laba hingga US$ 3,7 miliar
Dikatakan oleh Pengamat BUMN, Toto Pranoto, Garuda Indonesia baru saja menyelesaikan kesepakatan dengan semua kreditur terkait penyelesaian utang perseroan. Dengan bisnis yang mulai berjalan normal kembali, fundamen kinerja yang semakin sehat, bahkan kondisi domestik Indonesia terjadi over demand, tentu ini hal positif buat restrukturisasi yg dijalankan Garuda Indonesia.
“Kami melihat perbaikan kinerja dan kesepakatan dengan para kreditur menjadi sebagian alasan suspensi saham Garuda Indonesia bisa dilepas. Apabila kinerja per quarter bisa menunjukan perbaikan, ada harapan muncul trust investor untuk memegang kembali saham dan diharapkan saham maskapai plat merah ini dapat terbang tinggi, Ini tentunya membutuhkan waktu mengingat tren pergerakan saham baru dibuka pada awal pekan ini,” kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Rabu (4/1/2023).
Dia juga memberikan masukan bahwa sebagai BUMN Tbk maka syarat perbaikan governance menjadi syarat mutlak ke depan. Dimana hal ini akan menumbuhkan kepercayaan dalam perbaikan kinerja perusahaan. Dengan manajemen lebih baik, diharapkan potensial market domestik dan market captive di angkutan haji dan umroh umrah bisa jadi lokomotif perbaikan kinerja.
Dengan kinerja fundamental yang semakin sehat dan kuat, kinerja saham Garuda Indonesia diperkirakan akan tumbuh positif. Hal ini turut diperkuat dengan outlook market industry penerbangan yang diperkirakan akan mengalami fase pemulihan yang lebih cepat selaras dengan pencabutan status PPKM yang telah diumumkan Pemerintah jelang akhir tahun lalu.
Pengamat Pasar Modal, Wahyu Laksnono, mengatakan, bahwa dirampungkannya PKPU menjadi sebuah tahapan penting bagi Garuda untuk semakin memperkuat landasan kinerja usahanya. “Saya melihat PKPU itu meringankan beban Garuda Indonesia dan diharapkan hal ini membuat maskapai plat merah ini makin ringan terbangnya. Bahkan saya berharap Garuda Indonesia makin tinggi terbangnya. Di mana Cost structure jelas makin suport, semoga makin sehat,” katanya.
Namun, pria yang juga Founder Traderindo.com mengakui bahwa untuk membuat sehat sebuah korporasi yang telah lama sakit itu membutuhkan waktu, yang tidak serta merta disuntikan bantuan langsung sehat. Terlebih lagi isu kesehatan keuangan Garuda Indonesia ini ceritanya panjang dan seperti sudah jadi kutukan salah satu aset BUMN.
“Jika fundamental membaik, saya yakin saham yg sudah bebas suspensi bisa jadi akan memicu minat publik untuk berinvestasi dalam jangka menengah maupun jangka panjang. Lagi lagi semuanya perlu waktu, dan semoga perjalanannya makin baik jadi sahamnya pun bisa makin menarik dan makin naik sejalan dengan menguat nya kapitalisasi pasar Garuda Indonesia,” katanya.
Tahapan strategis
Sebelumnya Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, sejumlah tahapan strategis telah dilalui pihak dalam merampungkan proses restrukturisasi ini. Mulai dari perolehan putusan homologasi atas perjanjian perdamaian oleh PN Jakarta Pusat, termasuk di dalamnya memaksimalkan langkah renegosiasi beban sewa pesawat, restrukturisasi hutang jangka panjang, serta instrumen kewajiban usaha lainnya.
“Selain itu, maskapai pelat merah itu juga secara resmi telah menerima dana Penyertaan Modal Negara (PMN) senilai Rp 7,5 triliun sebagai dukungan terhadap langkah penyehatan kinerja Garuda sebagai national flag carrier. PMN tersebut berkaitan dengan langkah Right Issue dengan memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) sebanyak 39.788.136.675 lembar saham atau senilai Rp 7,79 triliun. Itu meliputi realisasi PMN serta partisipasi pemegang saham lainnya,” katanya.
Irfan juga menjelaskan, tahapan ini yang kemudian dilanjutkan dengan Penambahan Modal Tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD), di mana Garuda Indonesia telah melakukan pendistribusian saham dalam rangka konversi utang sebesar 25.806.070.908 lembar saham atau senilai Rp 5,05 triliun, termasuk didalamnya realisasi Obligasi Wajib Konversi.
“Dengan serangkaian pendistribusian saham baru tersebut, Garuda saat ini memiliki komposisi kepemilikan saham yang terdiri atas kepemilikan pemerintah sebesar 64,54 persen, Trans Airways 7,99 persen, saham publik 4,83 persen, serta saham kreditur 22,63 persen,” ucapnya.