Holding Danareksa, Optimalisasi BUMN Sebelum Divonis Suntik Mati
Pendirian holding menjadi kunci utama keberhasilan transformasi BUMN.
REPUBLIKA.CO.ID, Pendirian sejumlah holding menjadi salah satu kunci utama keberhasilan transformasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pengelompokan perusahaan-perusahaan pelat merah yang memiliki kesamaan sektor industri dalam satu wadah berdampak lurus pada pembenahan kinerja, efisiensi, dan juga dampaknya kepada masyarakat.
BUMN dalam satu sektor industri yang sama tak boleh saling mematikan, melainkan berkolaborasi dalam memperkuat ekosistem. Sebut saja, holding pangan, pariwisata, jasa survei, perkebunan, farmasi, pertahanan, ultramikro, hingga asuransi dan penjaminan kini saling bersinergi. Dengan penguatan ekosistem, BUMN tak hanya diharapkan mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri, melainkan juga bisa bersaing di kancah global.
Dari sekian banyak holding, terdapat satu holding yang tidak biasa yaitu holding Danareksa. Anggotanya datang dari ragam sektor industri yang bervariasi.
Dalam paparan rencana kerja BUMN 2023 bertajuk "BUMN 2023: Tumbuh dan Kuat untuk Indonesia" di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (2/1/2023), holding Danareksa tak luput dari perhatian Erick. Pria kelahiran Jakarta tersebut mengatakan tugas Danareksa tidak mudah karena memayungi korporasi dengan ragam industri. Tujuan utamanya satu, mendorong optimalisasi atau terpaksa 'disuntik mati'.
"Yang pasti holding Danareksa itu seluruh BUMN yang tidak masuk ke dalam 12 klaster yang ada, nah kita masukan di holding ini," ujar Erick.
Dalam kaca mata Erick, PT Danareksa (Persero) selaku induk holding bak dokter bagi para BUMN yang dalam kondisi tidak sehat. Meski begitu, tak seluruhnya anggota holding sakit. Ada juga BUMN yang dalam kondisi baik dan potensial, namun tetap memerlukan sokongan melalui sebuah ekosistem terintegrasi. Meski baru diluncurkan pada Juli 2022, Erick cukup senang dengan perkembangan holding satu ini.
"Kalau dilihat secara kumulatif, holding Danareksa tetap tumbuh, meski di dalamnya banyak perusahaan yang merah," lanjut dia.
Tak sekadar memberikan pendampingan secara berkesinambungan, Erick juga meminta Danareksa terus memacu transformasi anggota holding agar menjadi korporasi yang sehat dan memberikan pelayanan maksimal bagi masyarakat. Di era perubahan ini, Erick menantikan langkah terobosan Danareksa.
"Insya Allah, kami dari Kementerian BUMN mendukung penuh Danareksa menjadi holding transformasi terbaik di Indonesia, bahkan di dunia," kata Erick.
Saat peluncuran, Erick menugaskan holding Danareksa mengoptimalkan potensi kawasan industri. Menurut Erick, selama ini banyak kawasan industri BUMN yang tidak maksimal lantaran tidak ada standardisasi dan reinvestasi. Padahal, dunia sudah mulai beralih ke ekonomi hijau, namun Indonesia masih menggunakan listrik fosil atau pembuangan limbah yang tidak terorganisasi. Kondisi ini juga berdampak buruk bagi masyarakat sekitar.
Direktur Utama Danareksa periode 2020 hingga 2022 Arisudono Soerono mengatakan, Danareksa menjadi holding spesialis transformasi pertama yang berstandar dan berskala internasional. Tahap pertama holding berisikan perusahaan lintas sektor yang terdiri atas empat subklaster, yakni Subklaster Jasa Keuangan diisi oleh PT Perusahaan Pengeloa Aset (PPA), PT Danareksa Finance, dan PT Danareksa Capital; Subklaster Kawasan Industri yang meliputi PT Kawasan Berikat Nusantara (KBN), PT Kawasan Industri Medan (KIM), PT Kawasan Industri Makassar (KIMA), PT Kawasan Industri Wijayakusuma, PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER), Jakarta Industrial Estate Pulogadung (JIEP); Subklaster Media dan Teknologi seperti PT Balai Pustaka, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI), dan PT Jalin Pembayaran Nusantara; serta Subklaster Konstruksi seperti PT Nindya Karya.
Untuk tahap kedua, akan ada enam BUMN yang bergabung dalam holding pada 2023 dalam dua subklaster yakni konsultan konstruksi yang meliputi PT Virama Karya, PT Yodya Karya, PT Bina Karya, dan PT Indra Karya, serta subklaster pengelola air diisi PT Perum Jasa Tirta I dan Perum Jasa Tirta II.
Meski beranggotakan perusahaan skala kecil dan menengah dengan rata-rata aset sebesar Rp 3,5 triliun. Namun, potensinya terlihat saat digabungkan dengan keseluruhan aset mencapai Rp 49,1 triliun dengan laba bersih pada 2020 sebesar Rp 468,6 miliar dan laba bersih 2021 sebesar sebesar Rp 796 miliar.
"Pada 2021, laba bersih konsolidasi Rp 796 miliar, kuartal III 2022 juga sudah sekitar segitu. Pada akhir 2022, prognosis (sektor) kawasan industri saja sudah sekitar Rp 800 miliar, lalu PPA sekitar Rp 400 miliar. Keinginan kita (laba bersih konsolidasi) bisa mendekati Rp 1 triliun pada akhir tahun dan itu progres cukup baik," ujar Ari.
Capaian ini memberi bukti bahwa besarnya nilai aset dan laba konsolidasi dibandingkan dengan bila BUMN-BUMN anggota holding berdiri sendiri menggambarkan manfaat pembentukan holding ini. Dengan neraca yang lebih kuat, upaya penciptaan nilai tambah melalui inovasi model bisnis, peningkatan kompetensi SDM dan perbaikan proses dapat dilakukan dengan baik.