Berkaca dari Pengalamannya, Anak Ronald Reagan Sarankan Pangeran Harry untuk Diam
Anak Ronald Reagan menyebut pernah melakukan hal serupa seperti Pangeran Harry.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris dan anak bungsu mantan Presiden AS Ronald Reagan, Patti Davis, menyarankan Pangeran Harry untuk diam, menyusul akan diterbitkannya buku memoar Harry, Spare/. Saran ini disampaikan oleh Davis karena dirinya merasa pernah melakukan hal serupa seperti Harry.
Sama seperti Harry, Davis sempat menerbitkan sebuah buku berjudul Family Secrets pada 1993. Buku ini menguak beragam kisah dan rahasia keluarga Reagan dari sudut pandang Davis.
Kala itu, Davis mengatakan dirinya merasa memiliki alasan yang benar untuk menerbitkan buku tersebut. Davis mengatakan dirinya ingin menyampaikan kebenaran versinya dan meluruskan beragam informasi yang simpang-siur lewat buku Family Secrets.
Davis juga mengaku dirinya kala itu sangat naif dan merasa kehadiran buku tersebut akan membuat keluarganya memahami dirinya. Davis menilai alasan yang dimilikinya saat itu sama seperti alasan yang dimiliki Harry saat ini untuk meluncurkan Spare.
"Itu pembenaran saya dalam menulis buku yang sekarang saya harap tak pernah saya tulis," jelas Davis melalui sebuah op-ed yang dia tulis untuk New York Times.
Bertahun-tahun setelah Family Secrets diterbitkan, Davis akhirnya meminta maaf kepada sang ayah yang saat itu sudah bergulat dengan penyakit Alzheimer. Davis mengatakan sang ayah kala itu sudah lebih sedikit berbicara, namun terkadang masih memiliki kesadaran yang jernih.
"Saya meminta maaf karena menulis autobiografi beberapa tahun sebelumnya," kata Davis, seperti dilansir Fox News, Senin (9/1/2023).
Davis kembali teringat akan kenangannya dengan sang ayah saat mengetahui bahwa Harry juga menulis kisah mengenai ayahnya, Raja Charles, yang harus menghadapi perseteruan Harry dengan Pangeran William. Harry menulis bahwa Charles sempat meminta anak-anaknya untuk tak bertikai hingga membuat masa-masa terakhir hidupnya penuh dengan penderitaan.
"Waktu merupakan hal yang tak bisa diprediksi. Saya masih mendapatkan hadiah waktu dengan ayah saya, yang memungkinkan saya meminta maaf kepadanya, meski sebuah penyakit (Alzheimer) membatasi kami dan mengaburkan komunikasi kami," ujar Davis.
Menurut Davis, perkataan Charles menunjukkan bahwa dia sadar bahwa dia punya batas waktu. Dan Charles, lanjut Davis, berharap anak-anaknya akan menyadari bahwa dirinya tak akan hidup selamanya.
Dari pengalaman menulis buku tentang keluarganya sendiri, Davis mengatakan ada satu pelajaran yang dia dapatkan mengenai kebenaran. Menurut Davis, kebenaran merupakan sebuah hal yang sangat rumit dan memiliki beberapa versi.
"Orang-orang yang berada dalam cerita kita juga memiliki kebenarannya sendiri," ujar Davis.
Melalui Spare, Harry berkesempatan untuk menyampaikan sebuah "kebenaran" versinya. Terkait hal ini, Davis menilai Charles dan William yang berada dalam kisah Harry juga berhak untuk menceritakan kebenaran versi mereka.
Bila memungkinkan, Davis juga ingin menyampaikan sebuah saran kepada dirinya di masa lalu. Davis ingin menyarankan dirinya kala itu untuk diam.
Tentunya, itu tak berarti Davis akan diam selamanya, melainkan sampai dia bisa melihat sesuatu dari lensa yang lebih besar. Dia juga menyadari bahwa membuka rahasia keluarga ke muka publik bukan hal yang seharusnya dia lakukan.
"Harry menyebut William bukan hanya sebagai 'kakak tercinta' tetapi juga 'musuh bebuyutan'. Dia memilih kata-kata yang menorehkan luka mendalam. Mungkin bila Harry meluangkan waktu untuk diam, merefleksikan kekuatan kata-katanya, dia akan memilih kata berbeda," ujar Davis.
Davis mengatakan, diam akan memberikan diri sendiri ruang dan jarak untuk melihat pengalaman di masa lalu secara lebih menyeluruh. Dalam beberapa tahun ke depan, Davis mengatakan Harry mungkin akan merasakan hal yang sama seperti yang dia rasakan saat ini.
"Dan dia mungkin berharap bisa menarik kembali kata-kata yang telah dia katakan," ujar Davis.