Naik Pesawat Berjam-jam Tanpa Transit, Ini Hal Buruk yang Bisa Dialami Tubuh
Beberapa hal perlu dilakukan agar tetap nyaman dan sehat di pesawat berjam-jam.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pernahkah Anda naik pesawat selama berjam-jam tanpa transit? Selain kelelahan, rupanya tubuh dapat mengalami beberapa permasalahan kesehatan saat berada di pesawat dalam waktu lama.
Apa dampak penerbangan berjam-jam tanpa transit pada tubuh? Berikut penjelasannya seperti dilansir laman Science Alert, Selasa (10/1/2023):
1. Tubuh bisa mengalami dehidrasi
Dehidrasi biasa terjadi pada penerbangan jarak jauh. Itu sebabnya Anda mungkin merasakan tenggorokan, hidung, dan kulit terasa kering saat di pesawat. Semakin lama penerbangan, semakin besar risiko dehidrasi.
Tingkat kelembapan di dalam kabin cukup rendah dibandingkan di darat. Selain itu, sebagian besar udara yang bersirkulasi melalui kabin diambil dari luar, dan tidak banyak uap air di udara dalam ketinggian.
Tubuh berisiko mengalami dehidrasi berat jika tidak minum cukup air. Apabila Anda akan berada di pesawat berjam-jam, minumlah cukup air sebelum masuk ke pesawat. Selama penerbangan, tubuh juga perlu minum lebih banyak air dibandingkan biasanya.
2. Kabin dapat menganggu telinga, sinus, usus, dan tidur
Saat tekanan kabin berubah, gas dalam tubuh bereaksi sesuai tekanan tersebut. gas dalam tubuh mengembang saat pesawat naik dan tekanan berkurang, begitu pula sebaliknya terjadi saat pesawat turun.
Hal ini dapat menyebabkan masalah umum seperti sakit telinga. Ketika tekanan udara di kedua sisi gendang telinga berbeda, maka akan memberi tekanan pada gendang telinga.
Sakit kepala juga dapat terjadi karena perluasan udara yang terperangkap di sinus. Terkait masalah usus, Anda akan lebih banyak buang angin.
Tubuh bisa juga merasa lebih mengantuk dari biasanya. Hal ini karena tubuh tidak mampu menyerap oksigen dari udara kabin di ketinggian sebanyak di darat. Melambat adalah cara tubuh melindungi dirinya sendiri, dan ini bisa membuat tubuh merasa mengantuk.
Kabar baiknya adalah sebagian besar masalah ini belum tentu lebih terasa pada penerbangan dalam waktu lama. Masalah ini biasanya menjadi masalah saat pesawat naik dan turun.
3. Tubuh bisa mengalami pembekuan darah
Gumpalan darah (dikaitkan dengan kondisi tubuh yang tidak banyak bergerak dalam waktu lama) biasanya menjadi masalah tersendiri bagi penumpang. Termasuk gumpalan yang terbentuk di kaki (trombosis vena dalam atau DVT) yang dapat menyebar ke paru-paru (yang dikenal sebagai emboli paru).
Kondisi tubuh yang tidak banyak bergerak di dalam pesawat membuat risiko penumpang mengalami penggumpalan darah semakin besar, utamanya pada orang yang lanjut usia (lansia), kegemukan, punya riwayat pembekuan darah dalam keluarga, kanker, imobilisasi atau operasi terbaru, serta hamil atau baru melahirkan.
Sebuah data yang menggabungkan hasil dari 18 penelitian menyatakan, semakin lama seseorang di pesawatmaka semakin besar pula risiko pembekuan darah. Para penulis menghitung ada risiko 26 persen lebih tinggi untuk setiap dua jam perjalanan udara, dimulai setelah empat jam. Jika mengkhawatirkan soal risiko pembekuan darah, Anda bisa menemui dokter sebelum penerbangan.
4. Jet lag, radiasi, dan Covid-19
Kondisi jet lag terjadi bagi sebagian orang. Ini berkaitan dengan waktu biologis (yang menurut tubuh) dan waktu yang menurut jam setempat, saat melintasi zona waktu. Penerbangan yang lebih lama membuat tubuh lebih mungkin melintasi lebih banyak zona waktu. Jet lag biasanya menjadi lebih bermasalah saat tubuh melintasi tiga atau lebih zona waktu, terutama jika bepergian ke arah timur.
Selain jet lag, tubuh juga akan dihadapkan pada masalah radiasi. Jika seseorang sering terbang jarak jauh, masuk akal untuk berasumsi bahwa semakin lama tubuh berada di udara, maka semakin besar pula paparan radiasi kosmik. Seperti namanya, ini adalah radiasi yang berasal dari luar angkasa yang dapat meningkatkan risiko kanker dan masalah reproduksi, serta masih belum diketahui tingkat paparan amannya.
Yang terakhir, jangan lupakan risiko Covid-19. Meski pandemi kini sudah mereka, tetap lakukan tindakan pencegahan seperti cuci tangan secara teratur, kenakan masker, dan jangan terbang jika tubuh tidak sehat.