Surat-Surat yang Memuliakan Perempuan dan Wanita Hebat yang Diabadikan Alquran

Alquran mendudukkan kaum perempuan dengan posisi yang terhormat

EPA/Mast Irham
Ilustrasi Muslimah. Alquran mendudukkan kaum perempuan dengan posisi yang terhormat
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Alquran hadir membawa rahmat bagi seluruh alam, tak terkecuali mendudukkan kaum perempuan dalam posisi yang mulia. 

Baca Juga


Ini dibuktikan dengan beragam fakta antaralain pertama ada satu surah dengan nama an-Nisa (perempuan). 

Pesan pokoknya adalah perintah agar berbuat adil kepada yang lemah, terutama kaum perempuan. Tidak boleh kaum laki-laki memperlakukan perempuan seenak nafsunya seperti yang terjadi pada zaman jahiliyah. 

Karena itu, beberapa ayat dalam surat tersebut merupakan pembelaan terhadap anak-anak perempuan yatim, yang pada zaman jahiliyah mereka dinikahi tanpa dibayar maharnya. 

Termasuk dalam ayat tentang poligami, ditekankan secara kuat bahwa jika kamu tidak sanggup berbuat adil antara istri-istrimu maka cukuplah satu istri saja: 

وَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تُقْسِطُوا فِي الْيَتَامَىٰ فَانْكِحُوا مَا طَابَ لَكُمْ مِنَ النِّسَاءِ مَثْنَىٰ وَثُلَاثَ وَرُبَاعَ ۖ فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَلَّا تَعُولُوا

“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.” (QS An-Nisa ayat 3).   

Di sini ada penegasan bahwa poligami tidak boleh bagi mereka yang tidak bisa berbuat adil.

Kedua, Surat Ali Imran yang tema pokoknya adalah tentang pentingnya keteguhan prinsip dalam menghadapi berbagai tantangan hidup, baik secara eksternal maupun internal, sejatinya mengangkat dua perempuan yang agung. 

Pertama, istri Imran yang bernadzar untuk mewakafkan anaknya kepada Masjid Al-Aqsa. Allah berfirman: 

إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

“(Ingatlah), ketika istri 'Imran berkata: "Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahamendengar lagi Mahamengetahui". (QS Ali Imran ayat 35). 

Kedua, putrinya Maryam yang suci, darinya lahir seorang nabi yang mulia, yaitu Nabi Isa. Allah SWT berfirman: 

 وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَىٰ نِسَاءِ الْعَاالَمِينَ

"Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: "Hai Maryam, sesungguhnya Allah telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu)."”(QS Ali Imran ayat 42).

Baca juga: Islam akan Jadi Agama Mayoritas di 13 Negara Eropa pada 2085, Ini Daftarnya

Dalam surat an-Nahl ayat 7-13, direkam tiga kisah perempuan penegak peradaban kenabian. Pertama, seorang ibu yang dengan penuh tawakal, telah melahirkan bayi Nabi Musa, di mana saat itu situasi sangat menegangkan. 

Firaun dengan kesombongannya sedang melakukan sweeping pembunuhan terhadap semua bayi laki-laki yang lahir dari kalangan bani Israil. 

Kedua, ibunda Asiah istri Firaun yang telah melindungi bayi Nabi Musa dari pembunuhan Firaun di dalam istana. 

Ketiga, saudari kandung Nabi Musa yang terus memantau perjalanan bayi Nabi Musa, lalu memberikan usulan agar disusukan kepada seorang ibu yang ternyata itu adalah ibunya sendiri. 

 

*Naskah kutipan karya DR Amir Faishol Fath, tayang di Harian Republika     

sumber : Harian Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler