Sejumlah Ulama Timur Tengah Puji China Atas Muslim Xinjiang, Aktivis Uighur Meradang
Aktivis Uighur menilai pujian ulama Timur Tengah atas China cederai Muslim Xinjiang
REPUBLIKA.CO.ID, XINJIANG–Aktivis Uighur menggambarkan kunjungan delegasi cendekiawan Islam ke Provinsi Xinjiang sebagai 'propaganda' yang membantu China untuk terus menyangkal klaim telah memenjarakan ribuan Muslim Uighur.
Mereka mengecam kunjungan delegasi yang diselenggarakan Dewan Komunitas Muslim Dunia (WMCC) ke provinsi tersebut.
Beragam gambar yang diposting media pemerintah China menunjukkan delegasi WMCC, yang dipimpin oleh akademisi Emirati Ali Rashid al-Nuaimi, mengunjungi berbagai situs sebagai bagian dari tur multi-kota mereka di Provinsi Xinjiang.
Didirikan di Uni Emirat Arab, WMCC mengklaim bahwa tujuannya adalah untuk mendukung Muslim di negara mayoritas non-Muslim dan untuk melindungi mereka secara intelektual, spiritual, dan dari diskriminasi rasial atau pembersihan etnis.
Dalam pernyataan pers WMCC, Nuaimi, yang juga telah memperjuangkan normalisasi antara Israel dan dunia Arab, mengulangi klaim China bahwa tindakan kerasnya terhadap Uighur adalah bagian dari kebijakannya untuk memerangi terorisme di provinsi Xinjiang.
Namun Dolkun Isa, Presiden Kongres Uighur Dunia, membalas klaim Nuaimi dan mengatakan China sering menggunakan dalih memerangi terorisme untuk membenarkan kriminalisasi kepada komunitasnya. Hal ini meliputi praktik Muslim dasar seperti memakai janggut atau jilbab dan memiliki Alquran.
“Sangat keterlaluan bahwa WMCC telah berpartisipasi dalam kunjungan propaganda ini dan sekarang menggemakan narasi pemerintah China ,” kata Isa dilansir dari Middle East Eye, Rabu (11/1/2023).
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
"Ini adalah kesempatan yang sia-sia untuk mengajukan pertanyaan nyata tentang kondisi aktual Uighur dan secara terbuka mengutuk genosida saat ini, dan menunjukkan bahwa sebagai 'perwakilan' komunitas Muslim global, mereka benar-benar peduli dengan Muslim Uighur," tambahnya.
"Para cendikiawan tertentu, terutama yang berasal dari negara-negara yang pernah mengalami genosida terhadap Muslim, seperti Bosnia, telah gagal belajar dari pengalaman masa lalu dan membela korban kejahatan kekejaman di tempat lain," tambahnya lagi.
Pemerintah China dituduh menahan lebih dari satu juta warga Uighur dan minoritas Muslim lainnya di wilayah Xinjiang Timur dan melakukan pelanggaran yang oleh beberapa orang disebut sebagai genosida. Meskipun China menyangkal semua tuduhan pelecehan.
Uighur kecewa
Sementara Abduweli Ayup, seorang aktivis bahasa Uighur dari Kashgar, menggambarkan perjalanan itu sebagai penutup kejahatan China terhadap Uighur di Xinjiang.
Dia mengaku sangat marah oleh perwakilan dari Arab Saudi, rumah bagi situs-situs paling suci Islam, yang menghadiri delegasi tersebut. Ayup juga menceritakan betapa kecewanya dia melihat para sarjana Bosnia berpartisipasi dalam kunjungan tersebut.
"Ketika genosida Bosnia terjadi, saya ingat bagaimana orang Uighur di Kashgar, tempat asal saya, mengumpulkan uang untuk orang Bosnia," kata Ayup kepada MEE.
"Sekarang pria dan wanita Muslim yang sama itu mendekam di kamp konsentrasi China karena mereka berani mempraktikkan keyakinan mereka di China,"tambahnya.
Anggota delegasi WMCC lainnya yang ikut termasuk penasihat Presiden Mesir Abdel Fateh el Sisi untuk urusan agama Usaama Al Azhari dan penasihat Perdana Menteri Tunisia Mestaoui Mohamed Slaheddine.
Dalam sebuah wawancara dengan saluran Emirati Al Ain, Azhar pada hari Senin menggambarkan China sebagai "saudara" dan mengatakan bahwa kunjungan itu penting untuk bertukar pengalaman memerangi terorisme.
Tahun lalu, Menteri Luar Negeri China menghadiri pertemuan Organisasi Negara-Negara Islam (OKI) di Islamabad dengan para juru kampanye Uighur mengkritik badan tersebut karena tidak angkat bicara tentang penderitaan mereka.
Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni
Kunjungan terakhir delegasi ini dilakukan setelah klaim bahwa Mesir, UEA, dan Arab Saudi telah mendeportasi warga Uyghur ke China meskipun ada kekhawatiran atas keselamatan mereka jika dipulangkan.
April lalu, Amnesty International meminta Arab Saudi untuk segera membebaskan empat warga Uighur, termasuk seorang gadis berusia 13 tahun dan ibunya, yang berisiko dibawa ke kamp interniran yang represif jika dikirim kembali ke China.
Buheliqiemu Abula dan putri remajanya ditahan di Makkah dan diberitahu oleh polisi bahwa mereka akan dideportasi ke China. Abula adalah mantan istri Nuermaimaiti Ruze, yang juga ditahan di Arab Saudi pada 2020 setelah mereka menunaikan ibadah haji.