China Berhenti Laporkan Data Terbaru Covid-19

Terakhir China memperbaharui data Covid-19 adalah hari Senin (9/1/2023) lalu.

AP/Bertha Wang
Penumpang menuju ruang keberangkatan di stasiun Lok Ma Chau setelah dibukanya kembali perbatasan dengan China daratan, di Hong Kong, Ahad, 8 Januari 2023.
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- China belum memperbaharui laporan Covid-19 selama empat hari. Hal ini menambah kekhawatiran komunitas internasional kevakuman informasi untuk menutupi dampak sebenarnya wabah terbesar di dunia.

Baca Juga


Dikutip dari The Straits Times, Jumat (13/1/2023) terakhir China memperbaharui data Covid-19 adalah hari Senin (9/1/2023) lalu. Data itu berisi perkembangan terbaru jumlah kasus, pasien kritis dan kematian Covid-19.

Sementara belum ada pemberitahuan resmi informasi Covid-19 akan berhenti diperbaharui. Pada Desember lalu pejabat kesehatan China mengatakan negara itu akan beralih pada laporan bulanan, bagian dari upaya menurunkan tingkat penanggulangan pandemi tapi tidak disebutkan tanggal kebijakan itu akan diterapkan.

Lemahnya informasi dampak wabah yang merebak di China pada Desember lalu memicu kekhawatiran di seluruh dunia penyebaran virus yang tak dicegah dapat memunculkan mutasi. Beberapa negara menerapkan kebijakan terhadap warga negara China.

Pada Rabu (11/1/2023) Organisasi Kesehatan Dunia kembali meminta China untuk memberikan data Covid-19 lebih banyak dan menekankan pentingnya berbagi informasi mengenai galur yang menyebar. Mengenai apakah jumlah kasus naik atau turun di kota dan daerah tertentu.

Data terakhir Covid-19 China bertolak belakang dengan data negara lain yang pernah mengalami gelombang kasus infeksi tapi merilis informasi pandemi meski sudah memutuskan untuk hidup bersama virus.

Sebagian besar negara besar di Asia seperti Jepang, Korea Selatan, Singapura dan Kota Hong Kong melaporkan angka harian. Selandia Baru masih melaporkan data harian selama berbulan-bulan setelah membuka kembali perbatasannya sebelum beralih ke laporan mingguan.

Usai wabah pertama di Wuhan data harian China menjadi standar dunia dalam melaporkan perkembangan pandemi dari hari ke hari. Terutama karena pelacakan dan pemeriksaan negara itu yang ekstensif dengan kebijakan nol-toleransi Covid-19.

Namun beberapa bulan terakhir data China tidak dapat diandalkan setelah mereka melonggarkan sejumlah kebijakan pandemi dan menurunkan jumlah pemeriksaan. Angka kematian juga dikritik karena definisi kematian akibat Covid-19 China dianggap terlalu sempit.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler