Ini Wujud Masjid Sayyid Hasyim yang Dikaitkan dengan Jejak Buyut Nabi Muhammad SAW di Gaza

Masjid Hasyim di Gaza terletak di area lokasi makam buyut Nabi Muhammad SAW

Dok Istimewa
Masjid Hasyim Gaza. Masjid Hasyim di Gaza terletak di area lokasi makam buyut Nabi Muhammad SAW
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di jantung kota tua Gaza, Palestina, Masjid Al-Sayyid Hasyim berdiri bagaikan kakek tua yang menceritakan sebuah kisah pengantar tidur kepada cucunya tentang sejarah kota pesisir mereka. Selama berabad-abad menjadi salah satu masjid arkeologi terpenting di Palestina. 

Baca Juga


Kisah klasik itu dimulai ketika orang-orang Arab di semenanjung melakukan perjalanan ke Gaza untuk berdagang. Salah satu pedagang ialah buyut Nabi Muhammad SAW, yakni Hasyim bin Abd Manaf, yang disebut meninggal di Gaza dalam perjalanan terakhirnya. 

Dalam cerita, disebutkan bahwa buyut Nabi Muhammad SAW itu dimakamkan di sudut barat laut Masjid Al-Sayyid Hasyim yang terletak di lingkungan Daraj dan area makamnya seluas sekitar 2.400 meter persegi. 

Hasyim adalah orang pertama yang membuka perjalanan dagang bagi orang-orang Quraisy. Setiap tahun dia mendatangi Gaza dan tinggal di sana selama musim panas. 

Pada perjalanan terakhirnya, dia meninggal di sana. Menurut sejarawan, dia dimakamkan di sana sehingga kota itu disebut Gaza Hasyim. 

Area tempat Hasyim dimakamkan kemudian diperluas, dan lambat-laun, banyak jenazah Muslim yang dimakamkan di area makam Hasyim. Jejak makam Hasyim pun menghilang seiring berjalannya waktu. Namun, lokasi goa tempat dia dimakamkan diketahui warga lokal. 

Bentuk bangunan Masjid Al-Sayyid Hasyim yang sekarang berbeda dengan masa sebelum era Turki Utsmani. Pada masa Kesultanan Turki Utsmani, Masjid tersebut dibangun dengan gaya Mamluk, termasuk halaman tengah terbuka berbentuk persegi yang dikelilingi oleh tiga koridor luar untuk sholat. 

Ruang utama masjid berbentuk setengah persegi, beratap gapura berpotongan, dan memiliki mihrab menghadap ke arah kiblat, dan mimbar baru padaa  1850 M pada masa pemerintahan Sultan Ottoman Abd al-Majid I. 

Saat itu masjid dibangun dari batu-batu kuno milik bangunan tua yang telah hilang, termasuk Masjid Al-Jawali dan situs Al-Ablakhiya, selain sisa-sisa bangunan lain dari kota Gaza dan Ashkelon. 

Pada 1903 M, aula utama masjid dipugar, setelah muncul retakan berbahaya yang mengancam masjid dengan keruntuhan. Koridor utara dan barat ditambahkan ke dalamnya.

Lalu pada tahun 1323 H, menara Masjid Al-Sayyid Hasyim mengalami cacat yang tampak di dalamnya. 

Lalu konstruksinya diperbarui dan di sebelahnya dibangun tempat untuk sholat, yang dekat dengan bangunan utama di mana sholat dan khutbah Jumat dilaksanakan di dalamnya. 

Baca juga: Al-Fatihah Giring Sang Ateis Stijn Ledegen Jadi Mualaf: Islam Agama Paling Murni

Sejak itulah, hingga hari ini, bangunan tersebut menjadi tempat melaksanakan sholat Jumat.

Masjid tersebut sempat berfungsi sebagai perpustakaan besar dan sekolah untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama. Tetapi sebagian besar dihancurkan selama Perang Dunia I dan Dewan Islam Agung merenovasinya pada 1926 Masehi. 

Kemudian Kementerian Wakaf dan Urusan Agama dan Purbakala di Palestina memulihkan masjid tersebut pada 2009, dan memperkuat menara setelah retakan yang menimpanya.

 

Sumber: arabicpost  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler