Koalisi Diduduki Partai Besar, Parpol Islam Dinilai Hanya Pemain Kedua di Pilpres 2024
Wacana koalisi partai politik Islam yang sempat muncul sudah tak terdengar.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa koalisi partai politik bermunculan menjelang Pilpres 2024. Namun, sampai saat ini, hampir tidak terlihat ada wacana kemunculan koalisi dari partai-partai Islam yang beberapa tahun terakhir sebenarnya sempat terdengar.
Direktur Eksekutif Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Denny Januar Ali atau Denny JA mengatakan, tiket untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 memang terbatas. Semua sisi hampir sudah diduduki partai-partai besar di Indonesia.
Ada PDI Perjuangan yang selama dua periode pemilu menjadi pemenang. Kemudian, ada Partai Golkar yang tetap kokoh, Partai Gerindra yang beberapa tahun terakhir berhadapan dengan PDIP. Bahkan, sekalipun tersisa sudah diisi Partai Nasdem.
"Yang tersisa sudah ada Nasdem di sana, sehingga partai-partai Islam akan menjadi pemain kedua," kata Denny kepada Republika.co.id, Selasa (24/1/2023).
Artinya, ia menerangkan, partai-partai Islam ini tinggal ikut bergabung kemana saja koalisi-koalisi yang mungkin menerima. Denny memprediksi, ke depan, partai-partai akan semakin tidak ideologis, tidak sekadar menonjolkan identitasnya.
"Tapi, menonjolkan yang mana yang paling mungkin menang," ujar Denny.
Menjelang Pemilu 2024, terutama Pilpres, Denny memperkirakan, tarikan-tarikan akan semakin kencang dalam 2-3 bulan ke depan. Termasuk, tarikan kepada Partai Nasdem yang sudah mendeklarasikan diri akan mengusung Anies Rasyid Baswedan.
Posisi Partai Nasdem yang sebelumnya mengusung Presiden Jokowi akan jadi dilema. Sebab, di satu sisi Nasdem masih memiliki menteri-menteri di pemerintah, di sisi lain sudah mendukung sosok yang diproyeksikan menjadi antitesa Presiden Jokowi.
Denny mengingatkan, tahun depan Indonesia akan memasuki tahun pemilu dan akan mengalami Panen Raya Politik. Yang mana, politikus hanya akan berpikir tentang menang atau kalah dan pemilu turut direduksi sekadar tentang menang dan kalah.
"Tapi, seorang negarawan harus menjadikan pemilu sebagai tempat membawa proposal baru, membangun Indonesia," kata Denny.