Memo CEO Spotify Dikritik Usai PHK 588 Karyawannya
CEO Spotify Daniel Ek ungkap perusahaan akan berjalan lebih baik usai pecat karyawan
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Spotify Daniel Ek menulis sebuah memo terkait pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan. Dalam memo yang dipublikasikan di situs Spotify tersebut Ek menjelaskan hal yang akan terjadi setelah perusahaan mengumumkan rencana untuk memberhentikan sekitar enam persen dari tenaga kerjanya.
“Hai, ini saya, CEO ramah lingkungan Anda dengan kekayaan bersih sekitar 2 miliar dolar AS yang akan mendapat manfaat dari beberapa perubahan yang mungkin membuat Anda kehilangan pekerjaan,” kata Ek dalam memo itu, dikutip dari Business Insider, Selasa (24/1/2023).
PHK memengaruhi sekitar 588 karyawan berdasarkan tenaga kerja global yang dilaporkan perusahaan dengan pendapatan kuartal ketiganya. Ek menulis tentang perubahan yang akan datang di C-suite.
Secara pribadi, menurut Ek, perubahan ini akan memungkinkannya untuk kembali ke bagian di mana dia melakukan pekerjaan terbaik, menghabiskan lebih banyak waktu untuk mengerjakan masa depan Spotify. Ek mengaku tidak sabar untuk berbagi lebih banyak tentang semua hal yang akan perusahaan hadirkan.
Kegembiraan itu namun bertentangan dengan pengumuman yang muncul pada beberapa paragraf selanjutnya. Ek menyebut perusahaan telah membuat keputusan yang sulit tetapi dirasa tetap perlu untuk mengurangi jumlah karyawan.
Spotify bergabung dengan gelombang perusahaan teknologi terkenal yang telah melakukan PHK massal dalam beberapa bulan terakhir. Memo para CEO dari organisasi-organisasi yang mengumumkan PHK ini bervariasi, mulai dari empati hingga mengungkap rasa bersalah dsri diri sendiri bahkan hampir tidak berperasaan.
Sebaliknya, memo Ek dianggap biasa-biasa saja. Dia menyebutkan dukungan yang akan diberikan Spotify kepada karyawan yang keluar, sebagai kepercayaan pada masa depan perusahaan.
Pakar kepemimpinan menilai catatan Ek tentang peluang karir yang diberikan oleh reorganisasi C-suite, tidak pantas dalam konteks ini. “Orang-orang menginginkan empati dan simpati serta fokus pada yang terjadi terhadap mereka" selama PHK, kata Adam Galinsky, seorang profesor kepemimpinan dan etika yang merupakan wakil dekan untuk keragaman, kesetaraan, dan inklusi di Columbia Business School.
Terkait komentar Ek yang melakukan pekerjaan terbaiknya, Galinsky menilai itu di luar kendali. Dalam memo tersebut, Ek menulis bahwa PHK dan reorganisasi C-suite Spotify akan membantu perusahaan menjadi lebih efisien, membuat keputusan yang lebih efektif, dan menghemat uang.
Dia menganggap dirinya bertanggung jawab atas situasi tersebut dan meyakinkan karyawan yang tersisa bahwa perusahaan itu stabil. Itu adalah dua elemen pengumuman PHK yang menurut para ahli sangat penting.
"Kalau dipikir-pikir, saya terlalu ambisius dalam berinvestasi sebelum pertumbuhan pendapatan kami. Kami bertanggung jawab penuh atas langkah yang membawa kita ke sini hari ini,” tulis Ek.
Dia menambahkan ini adalah keyakinan bahwa karena keputusan sulit, perusahaan akan berada pada posisi yang lebih baik untuk masa depan.
Tetapi ketika Ek menyebut pekerjaannya akan menjadi lebih baik ketika dapat fokus pada masa depan perusahaan, itu juga tidak etis, menurut para ahli.
"Berbicara tentang, atau dengan cara apa pun menempatkan diri sebagai pusat sebagai 'apa untungnya bagi saya' tidak pantas dalam catatan semacam ini," ungkap Coco Brown, CEO dan pendiri Athena Alliance, jaringan pengembangan eksekutif untuk wanita.
"Ini adalah contoh kuat dari kepositifan beracun," kata Brooks Scott, seorang pelatih eksekutif dan CEO dari Merging Path Coaching.
Menurut Scott, berfokus pada 'secara pribadi, dengan mengatakan saya, saya, dan saya, mengurangi nilai atau esensi yang dialami karyawan. Hal yang dicari orang adalah pengakuan atas kerja keras yang telah mereka lakukan di masa lalu, dan empati untuk saat ini.