Ini Alasan Mengapa NU Selalu Lantang Tolak Wahabi di Indonesia
Nahdlatul Ulama merupakan Ormas Islam yang selalu lantang menolak Wahabi di Indonesia
NYANTRI--Nahdlatul Ulama (NU) akan selalu tegas dalam upaya mempersempit gerak-gerik Wahabi di Indonesia. Sekecil apapun gerakan mereka, NU akan menentangnya. Oleh karena itu, jangan heran jika NU mungkin satu-satunya Ormas Islam di Indonesia yang dengan lantan menolak Wahabisme di Indonesia.
KH Said Aqil Siraj saat masih menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dengan lantang menyuarakan penolakan terhadap Wahabi baik di forum-forum diskusi, seminar maupun acara jumpa pers. Dengan jabatan yang disandangnya dan menjadi primadona media-media massa maka, Kiai Said tak takut menyuarakan penolakannya terhadap Wahab meskipun terkadang membuat geger seluruh Indonesia.
“Harus diingat bahwa berdirinya NU itu adalah karena perilaku Wahabi. Wahabi mau bongkar kuburan Nabi Muhammad. KH Hasyim bikin Komite Hijaz,” kata Kiai Said, dikutip dari buku Meneguhkan Islam Nusantara, Biografi Pemikiran & Kiprah Kebangsaan Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA.
Pembentukan Komite Hijaz yang merupakan embrio dari lahirnya NU untuk menentang rencana Arab Saudi membongkar makam Nabi Muhammad. Mereka memohon agar kuburan tersebut tidak dibongkar. Maka dari itu, Kiai Said selalu mengingatkan agar NU berhati-hati jangan sampai Wahabi besar dan tumbuh di Indonesia. Sebab jika itu terjadi dan berkuasa wajah intoleran dan anarkis mereka akan semakin Nampak.
Masih di buku yang sama bahwa Wahabi didirikan oleh Muhammad bin Abd Wahab. Ia mengaku bermadzhab Hanbali versi Ibnu Taimiyah. Imam Hanbali merupakan imam ahlusunnah yang empat yang selalu mendahulukan nash atau teks daripada akal. Ibnu Taymiyah sendiri merupakan pengikut Hanbali yang ekstrim. Ibnu Taymiyah Muhammad bin Abd Wahab murid dari Ibnu Taymiyah yang dalam prakteknya di lapangan Abd Wahab membongkar kuburan. Sementara Ibnu Taymiyah masih teori dan wacana.
Baca Artikel Menarik Lainnya: https://nyantri.republika.co.id/posts/198888/ini-sikap-mui-atas-pembakaran-al-quran-oleh-rasmus-paludan-di-swedia
https://nyantri.republika.co.id/posts/198852/kisah-muslim-keturunan-tionghoa-rayakan-imlek