Dunia Muslim Protes Penodaan Alquran di Swedia dan Belanda

Pendemo berkumpul di depan kedutaan besar Swedia di negaranya.

EPA-EFE/SHAHZAIB AKBER
Pekerja gerakan Jamaat-e-Islami berkumpul selama protes menentang Swedia, di Karachi, Pakistan, 26 Januari 2023. Perdana Menteri Pakistan Shahbaz Sharif, beberapa negara Arab serta Turki mengutuk pada 23 Januari, Islamofobia setelah sayap kanan Swedia-Denmark politikus Rasmus Paludan membakar salinan Alquran pada rapat umum di Stockholm pada 21 Januari. Dunia Muslim Protes Penodaan Alquran di Swedia dan Belanda
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Demonstrasi diadakan di beberapa negara mayoritas Muslim untuk mengecam penodaan kitab suci Islam baru-baru ini oleh aktivis sayap kanan di Swedia dan Belanda, Jumat (27/1/2023).

Baca Juga


Protes di negara-negara termasuk Pakistan, Irak dan Lebanon berakhir dengan orang-orang berpencar secara damai. Di ibu kota Pakistan, Islamabad, petugas polisi menghentikan beberapa demonstran yang mencoba berbaris menuju Kedutaan Besar Swedia.

Dilansir dari Saudi Gazette, Sabtu (28/1/2023), di Beirut, sekitar 200 pengunjuk rasa yang marah membakar bendera Swedia dan Belanda di luar masjid Mohammed Al-Amin berkubah biru di Lapangan Martir pusat Beirut.

Awal bulan ini, seorang aktivis sayap kanan dari Denmark menerima izin dari polisi untuk menggelar protes di luar Kedutaan Besar Turki di Stockholm, di mana ia membakar salinan Alquran, kitab suci Islam. Beberapa hari kemudian, Edwin Wagensveld, pemimpin Belanda dari gerakan Pegida kanan-jauh di Belanda, merobek halaman-halaman dari salinan Alquran di dekat Parlemen Belanda dan menginjaknya.

Langkah itu membuat marah jutaan Muslim di seluruh dunia dan memicu protes. Pejabat Swedia telah menekankan kebebasan berekspresi dijamin oleh Konstitusi Swedia dan memberi orang hak yang luas untuk mengekspresikan pandangan mereka di depan umum.

Namun, hasutan untuk kekerasan atau ujaran kebencian tidak diperbolehkan. Demonstran harus mengajukan permohonan kepada polisi untuk izin pertemuan publik. Polisi dapat menolak izin tersebut hanya dengan alasan luar biasa, seperti risiko terhadap keselamatan publik.

Ulama Syiah Irak yang kuat, Muqtada Al-Sadr, bertanya dalam komentar yang dirilis Jumat apakah kebebasan berbicara berarti menyinggung keyakinan orang lain. Dia bertanya mengapa pembakaran bendera pelangi kaum gay tidak mewakili kebebasan berekspresi. Ratusan pendukungnya berkumpul di luar sebuah masjid di Baghdad sambil melambaikan salinan Alquran. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler