Varian Orthrus Muncul Setelah Kraken, Apakah Lebih Mengkhawatirkan?

Orthrus memiliki mutasi yang mengkhawatirkan seperti pada varian delta.

Pixabay
Ilustrasi virus corona. Varian orthrus dinamai berdasarkan makhluk mitologi Yunani yang berupa anjing berkepala dua.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Omicron telah menelurkan varian baru XBB.1.5 alias "kraken" yang mendominasi AS dengan 61 persen kasus. Kini, ada varian baru, yaitu CH.1.1 yang dijuluki "orthrus" yang sedang dilacak oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS.

Orthrus diperkirakan menyumbang 1,5 persen kasus di AS pada hari Jumat (27/1/2023) lalu. Varian omicron ini dinamai berdasarkan makhluk mitologi Yunani yang berupa anjing berkepala dua.

Tidak banyak yang diketahui tentang varian baru ini, namun tingkat penyebarannya telah meningkat secara global sejak November 2022. Seperti varian omicron lainnya, virus ini berpotensi lebih mudah menular, menghindari kekebalan dari vaksin dan infeksi, dan menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Terlebih lagi, virus ini memiliki mutasi yang mengkhawatirkan, seperti yang terlihat pada varian delta. Meskipun bukanlah deltacron (rekombinan atau kombinasi dari delta dan omicron), CH.1.1 adalah contoh utama evolusi konvergen, sebuah proses di mana varian virus penyebab Covid-19 berevolusi secara independen tetapi mengambil mutasi yang sama.

Michael Osterholm, direktur di University of Minnesota’s Center for Infectious Disease Research and Policy (CIDRAP), mengatakan bahwa CH.1.1 akan berkembang di berbagai negara di seluruh dunia, termasuk AS.

"Saya rasa kita tidak memiliki pemahaman yang baik mengenai varian apa yang perlu dikhawatirkan dan mana yang tidak," kata Osterholm, seperti dilansir laman Fortune, Ahad (29/1/2023).

Contoh kasusnya, XBB.1.5 di AS. Awalnya, XBB.1.5 terlihat seperti akan menjadi tantangan yang sangat serius pengendalian Covid-19 di AS, tetapi setelah mencapai dominasi di Timur Laut, virus ini mulai mereda dan tidak berkembang dengan cepat.

"Kita sudah pernah melihat hal ini sebelumnya: Apa yang mungkin tampak sebagai varian yang menantang ternyata bukan tantangan yang nyata," jelas Osterholm.

Lantas di mana dan kapan virus ini ditemukan?

Baca Juga


CH.1.1 muncul di Asia Tenggara pada musim gugur ini dan sekarang bertanggung jawab atas lebih dari seperempat infeksi di beberapa bagian Inggris dan Selandia Baru, menurut makalah pracetak yang dirilis pekan lalu oleh para peneliti di Ohio State University.

Prevalensinya telah meningkat tajam sejak November 2022, dan sekarang menyumbang sekitar 10 persen sampel Covid-19 yang diurutkan setiap hari di seluruh dunia. Varian ini termasuk di antara yang dipantau oleh WHO.

Menurut outbreak.info, Selandia Baru mengalami sebagian besar kasus orthrus saat ini. Di sana, virus ini bertanggung jawab atas lebih dari sepertiga kasus yang diurutkan.

Hotspot lainnya termasuk Hong Kong dan Papua Nugini, sekitar seperempat kasus di masing-masing negara. Di belakangnya ada di Kamboja dan Irlandia dengan seperlima kasus.

Subvarian omicron BF. 7 - (Republika)



Mengapa hal ini sangat mengkhawatirkan?

XBB.1.5 masih menjadi jenis SARS-CoV-2 yang paling mudah menular, menurut laporan pada 19 Januari dari Cornelius Romer, ahli biologi komputasi di University of Basel di Swiss. Tetapi , CH.1.1 patut diwaspadai.

Seperti XBB.1.5, virus ini sangat mudah menular, dengan tingkat penularan yang berlipat ganda setiap dua pekan atau lebih. CH.1.1 juga mengikat dengan baik pada reseptor ACE2, tempat di mana SARS-CoV-2 menginfeksi sel manusia.

Itu berarti CH.1.1 memiliki potensi untuk lolos setidaknya dari sebagian kekebalan antibodi yang terbentuk lewat infeksi sebelumnya dan vaksinasi serta mampu menyebabkan penyakit yang lebih parah. Orthrus mungkin dapat mengungguli strain omicron kompetitif lainnya di arena ini karena mutasi L452R yang mengkhawatirkan yang terlihat di delta, tetapi umumnya tidak di omicron.

Para peneliti Ohio State menggunakan versi CH.1.1 yang dibuat di laboratorium dan memeriksa seberapa baik serum dari 14 petugas kesehatan yang telah menerima antara dua dan empat dosis vaksin asli, dan booster omicron yang baru. Mereka menemukan bahwa serum para pekerja tersebut menghasilkan antibodi 17 kali lebih sedikit terhadap CH.1.1 dibandingkan dengan yang mereka hasilkan terhadap BA.4 dan BA.5.

"CH.1.1 dan varian baru lainnya, CA.3.1, lebih kebal terhadap kekebalan tubuh dibandingkan subvarian XBB dan BQ. Ini mencengangkan," kata peneliti Ohio.

Bagaimana virus ini berevolusi?

CH.1.1 adalah keturunan dari BA.2.75, varian yang dijuluki "centaurus". Strain SARS-CoV-2 yang paling dominan saat ini adalah keturunan dari BA.5, yang melanda dunia pada musim panas ini atau BA.2.75.

Karenanya, peneliti mengatakan bahwa mereka adalah "keluarga", sehingga paparan baru-baru ini terhadap BA.2.75 atau BA.5, atau salah satu turunannya, dapat menawarkan perlindungan sementara terhadap infeksi dari keluarga tersebut.

Sebagai contoh, jika Anda baru-baru ini terpapar varian BA.5, Anda mungkin kurang rentan terhadap varian BA.5 baru untuk sementara waktu, tetapi lebih rentan terhadap varian BA.2.75, dan sebaliknya. Sebagai catatan, XBB.1.5 juga merupakan turunan dari BA.2.75.

Tetapi dengan Covid-19, tampaknya ada pengecualian untuk setiap aturan. Tengok saja Jepang yang baru saja mengalami gelombang BA.5 beruntun yang menyebabkan angka kematian meroket ke titik tertinggi dalam sejarah pandemi, catat Osterholm.

Akankah vaksin booster Covid-19 omicron yang baru bisa melindungi?
Perlindungan yang ditawarkan oleh vaksin Covid-19 versi awal semakin berkurang. Para peneliti dari Ohio State University merekomendasikan booster omicron yang baru sembari mencatat bahwa vaksin ini akan menawarkan perlindungan yang lebih sedikit terhadap CH.1.1 dan CA.3.1 dibandingkan dengan varian lain seperti XBB dan BQ.1.1.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler