Pembakaran Alquran, Prof Komarudin Hidayat: Islam tak akan Jatuh Akibat Itu
Prof Komarudin Hidayat menyatakan Islam tak akan rendah meski dihujat dan dibenci.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Rektor Universitas Islam Indonesia Internasional (UIII), Prof Komarudin Hidayat menanggapi maraknya pembakaran Alquran di sejumlah negara Eropa. Meskipun orang-orang yang membenci Islam membakar Alquran, menurut dia, Islam tidak akan pernah jatuh dengan aksi mereka.
"Kalau saya sih nanggapinnya, itu orang gak tahu ya biarin saja. Islam tidak akan jatuh karena itu, dan hakikat Alquran kan tidak di kertasnya, tapi di hati, di otak," ujar Prof Komarudin di sela-sela kuliah umum yang digelar di Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Depok, Jawa Barat, Senin (30/1/2023).
Mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini mengatakan, orang-orang yang tidak paham dan benci terhadap Islam akan selalu ada. Namun, kata dia, kebesaran Islam tidak akan pernah susut.
"Sampai nanti pun orang yang tidak paham pada Islam, benci pada Islam akan ada sampai kapanpun. Tapi, Islam tidak pernah susut hanya karena orang benci. Sejak Nabi Muhammad juga sudah ada musuhnya," ucap Prof Komarudin.
Meskipun ada orang yang tidak senang pada Isam, tambah dia, tapi di Barat yang simpati pada Islam juga sangat banyak. Bahkan, sekarang kampus-kampus besar di Barat mempunyai jurusan studi Islam.
"Sebut saja kampus papan atas di Barat, semua ada Department of Islamic studies. Yang membela Islam itu mereka sendiri kok, tidak usah kita. Karena, sekarang banyak orang ahli Islam di Barat," kata Prof Komarudin.
Pada Jumat (27/1/2023) kemarin, seorang aktivis dan politikus anti-Islam, Rasmus Paludan kembali membakar dua salinan Alquran dalam protes soliter di ibu kota Denmark, Kopenhagen.
Dia membakar satu di depan masjid dan satu lagi di depan kedutaan Turki, dan bersumpah untuk melakukannya setiap Jumat sampai Swedia diterima di NATO.
Paludan, aktivis sayap kanan yang berkewarganegaraan Denmark dan Swedia ini juga melakukan protes pembakaran Alquran di Swedia pada 21 Januari lalu.
Setelah itu, protes digelar di beberapa negara mayoritas Muslim untuk mengecam protes Paludan di Swedia pada 21 Januari dan insiden serupa di Belanda pekan lalu.