Jabar Siapkan Strategi Atasi Regenerasi Perajin Sepatu Cibaduyut

Berkurangnya jumlah perajin sepatu di Cibaduyut karena kurangnya generasi penerus.

REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Pekerja menyelesaikan pembuatan sepatu di salah satu pabrik sepatu rumahan di Cibaduyut, Kota Bandung, Rabu (2/11/2022). Berdasarkan keterangan pengusaha sepatu di kawasan tersebut, produksi serta penjualan sepatu yang dijual dengan harga Rp80 ribu sampai Rp250 ribu meningkat 30 hingga 60 persen dibandingkan dua tahun terakhir. Republika/Abdan Syakura
Red: Agus Yulianto

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Perindustrian dan PerdaganganProvinsi Jawa Barat menyiapkan sejumlah strategi untuk mengatasi masalah regenerasi perajin sepatu Cibaduyut, Kota Bandung. Disperindag Jawa Barat mencatat, jumlah perajin sepatu di Kawasan Sentra Cibaduyuttersisa 50 orang dan tidak adanya regenerasi membuat jumlah perajin sepatu Cibaduyut semakin menurun.

Baca Juga


"Kami sedang menyiapkan dokumen perencanaan untuk pengembangan industri kecil menengah (IKM) di Jabar. Tak hanya Cibaduyut, tapi juga untuk 61.000 IKM yang tercatat di Jabar. Ini akan diproyeksikan dapat meningkat dalam jangka waktu target 20 tahun ke depan," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat Iendra Sofyan, Rabu (2/2/2023).

 

Sepatu Cibaduyut. - (IST)

 

Iendra menuturkan, dokumen perencanaan untuk pengembangan IKM di Jawa Barat tersebut mencakup berbagai aspek IKM dari hulu sampai hilir. "Selama ini, Jawa Barat itu punya komoditas apa, kita punya bahan baku apa, punya kemampuan apa, sisi lain marketing maunya apa. Ini yang akan disiapkan ke depan," kata dia.

Dia menuturkan, keberadaan 50 perajin sepatu Cibaduyut tersebut ternyata sebagai pengusaha baru dan salah satu kendala yang membuat mereka tidak berkembang ialah masalah bahan baku yang diimpor dari China. Iendra mengatakan, berkurangnya jumlah perajin sepatu di Cibaduyut karena kurangnya generasi penerus industri sepatu di sana.

Menurut dia, banyak usaha sepatu yang sebelumnya dijalankan para orang tua atau generasi leluhurnya, namun sekarang tidak dilanjutkan oleh anak-anaknya. "Jadi IKM seperti Cibaduyut ini orang tuanya sendiri yang mendorong anak-anaknya beraktivitas lain. Sudah lah sekolah saja yang benar, sehingga mereka terbawa lingkungan-lingkungan lain. Akhirnya si anak perajin ini enggak melanjutkan usaha orang tuanya," kata Iendra.

Dia menambahkan, permasalahan lainnya yang dihadapi para pelaku industri sepatu di Cibaduyut ialah terkaitbahan baku. Walaupun masih bisa mengekspor produknya hingga ke luar negeri, akan tetapi bahan yang mereka dapatkan masih bergantung impor dari Cina.

"Karena itu, mayoritas pelaku industri gulung tikar karena masalah bahan baku yang sulit didapatkan dan masalahnya industri sepatu Cibaduyut masih dijalankan para orang tua dan tidak diregenerasikan kepada anak-anaknya," ucapnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
 
Berita Terpopuler