Alasan Pilpres akan Ketat Jika Ganjar Vs Anies: 16,2 Persen Belum Tentukan Pilihan
Berdasarkan survei terbaru SMRC, elektabilitas Ganjar dan Anies berselisih tipis.
REPUBLIKA.CO.ID, oleh Fauziah Mursid, Febrianto Adi Saputro, Febryan A
Founder Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani mengatakan, persaingan Pilpres 2024 akan ketat jika hanya Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan yang bertarung. Dalam simulasi yang dilakukan SMRC, jika Pilpres 2024 hanya mempertemukan dua nama itu, maka Ganjar akan mendapatkan dukungan 43,3 persen dan Anies Baswedan 40,5 persen.
"Kalau Ganjar dengan Anies ini menjadi ketat persaingannya ya, 43,3 persen dan 40,5 persen, itu yang terjadi dan kita belum tahu 16,2 ini akan ke siapa," kata Saiful Mujani dalam program ‘Bedah Politik' episode "Pilpres Putaran Kedua: Ganjar vs Anies?” yang disiarkan melalui kanal Youtube SMRC TV, Kamis (2/2/2023).
Saiful mengatakan, kondisi ini terjadi jika kedua calon ini masuk pada putaran kedua Pilpres 2024. Sebab, pilpres maksimal hanya bisa diikuti dengan empat pasangan jika koalisi PDIP maju sendiri, Golkar bersama PPP dan PAN dalam Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Gerindra berkoalisi dengan PKB (Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya), sementara Nasdem, Demokrat, dan PKS membentuk Koalisi Perubahan.
Melalui simulasi yang dilakukan SMRC, jika diikuti tiga pasangan atau empat calon, belum ada calon yang mendapat 50 persen lebih sebagai syarat pemenang pilpres. Karenanya, putaran kedua tidak terhindarkan dan Ganjar dan Anies yang paling berpeluang.
Namun demikian, jika Anies dan Ganjar head to head, maka belum dapat dipastikan siapa pemenangnya. Mengingat masih ada 16,2 persen yang belum diketahui akan memilih siapa. Dia menilai, posisi Ganjar dan Anies di data ini seimbang karena selisihnya di bawah margin of error 3,1 persen.
"Jadi bisa saja Anies yang unggul dalam kenyataannya atau Ganjar terhadap Anies, kita belum tahu persis posisinya ini saya katakan seimbang dalam margin of error itu ya," ujarnya.
Saiful melanjutkan, saat ini pengetahuan masyarakat terhadap Anies jauh lebih besar dibanding terhadap Ganjar. Dia menilai, jika sudah sosialisasi, pengetahuan publik pada kedua nama tersebut akan relatif sama.
Hasil analisis terhadap data survei SMRC pada Desember 2022 menunjukkan, bahwa jika tingkat kedikenalan Anies dan Ganjar sama, maka hasil elektabilitas keduanya mengalami perubahan, Ganjar naik menjadi 52,4 persen, Anies 39,5 persen.
"Jadi sudah dapat 50 persen lebih kira-kira Ganjar menurut prediksi kita di survei Desember, apakah akan terjadi demikian, seperti ini kita lihat, kita cermati terus dari bulan ke bulan apa yang terjadi di lapangan tapi untuk sementara belum ada sosialisasi yang seimbang antara Ganjar dan Anies adalah 43 lawan 40, masih imbang," ujarnya.
Karena itu, selisih yang ketat menurut Saiful, agak berbahaya mengingat tensi politik bisa memanas di tengah masyarakat. Karena itu, dia menilai hal ini harus diantisipasi jangan sampai posisinya seimbang. Menurutnya, Siapapun calonnya perlu ada gap suara yang cukup signifikan.
"Secara ilmiah harus bisa diprediksi. Tapi, kalau tipis, hanya ribuan, itu seperti pemilihan umum di Amerika Serikat tahun 2000. Ketika itu, Al Gore melawan Bush junior hanya ditentukan di sebuah daerah pemilihan di Florida dan jumlah pemilihnya hanya ratusan. Itu membuat ketegangan dan tensi sosial memanas selama berbulan-bulan," ujarnya.
"Bisa kita bayangkan kalau seperti itu di Indonesia," tambahnya.
In Picture: Pertemuan Nasdem ke DPP Golkar
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan sejauh ini memang berada di puncak beberapa survei. Berdasarkan hasil survei UniTrend pada akhir Januari 2023 misalnya, menempatkan Ganjar sebagai tokoh yang paling banyak dipilih responden sebagai calon presiden (capres) 2024 dengan 37,7 persen. Diikuti oleh manta Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dengan 23,7 persen responden.
Ada kecenderungan, elektabilitas tokoh tidak berbanding lurus dengan parpol yang mengusung atau identik dengan tokoh tersebut. Survei UniTrend menemukan fenomena itu.
"Tingginya elektabilitas Ganjar Pranowo (37,7 persen) yang jauh melebihi angka elektabilitas partainya sendiri (PDIP dengan 17,5 persen) menunjukkan sebenarnya masih ada di Indonesia personalisasi politik, lemahnya partai serta rendahnya kepercayaan publik terhadap partai," kata Project Manager UniTrend, Ignatius Ardhana Reswara, dalam konferensi pers, Senin (30/1/2023).
Responden yang menjawab tidak tahu hanya 0,7 persen. hal tersebut berbeda secara signifikan dengan hasil survei yang menanyakan partai mana yang akan dipilih responden.
"Ketika dibandingkan dengan partai politik, yang menjawab tidak tahu sebanyak 17,5 persen, ini sangat jauh sekali ketika kita bandingkan," ujarnya.
Hal serupa terjadi ketika Anies Baswedan diusung oleh Nasdem untuk mencalonkan diri sebagai presiden di tahun 2024. Elektabilitas Anies Baswedan jauh lebih tinggi daripada elektabilitas Partai Nasdem yang hanya 6,7 persen.
Khusus Anies, UniTrend menemukan fakta bahwa Anies Baswedan, menjadi tokoh yang paling banyak dicari di Google. "Anies Baswedan menjadi tokoh dengan pencarian di Google yang paling tinggi sebesar 27,32 persen," kata Ardhana
Ganjar Pranowo berada di urutan kedua dengan presentase pencarian sebesar 17,73 persen. Kemudian ketiga terbanyak dalam pencarian di Google adalah Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan 14,53 persen.
"Kemudian di posisi keempat dan kelima diikuti oleh Puan Maharani dan Ridwan Kamil dengan persentase pencarian masing-masing sebesar 11,07 persen dan 8,58 persen," ujarnya.
Ardhana mengatakan sorotan media terhadap Anies lantaran pemberitaan mengenai berakhirnya masa jabatan sebagai Gubernur DKI Jakarta, serta safari politik yang dilakukan Anies di beberapa daerah. Kemudian dalam rentang Oktober 2022-Januari 2023, pencarian mengenai Anies Baswedan di Google mendominasi di antara para calon presiden lainnya dengan jarak yang lebar.
"Selain itu, Ridwan Kamil turut mendapatkan perhatian publik pasca bergabung dengan Partai Golkar," ucapnya.
Selain itu, UniTrend juga menyampaikan temuan terkait sentimen terhadap calon presiden. Sebanyak 900 ribu cuitan Twitter dari 3 November 2022 - 24 Januari 2023 diproses oleh UniTrend.
Per 24 Januari, jumlah cuitan mengenai calon presiden di Twitter didominasi oleh Anies Baswedan yang mencapai 15.700 cuitan.
"Anies Baswedan cukup banyak mendapatkan sentimen negatif (kurang dari 0) yang moderat dan berputar pada titik -0.5,"
Selain Anies Baswedan, calon kandidat lainnya yang mendapatkan sentimen negatif paling banyak adalah AHY dengan jumlah cuitan terbanyak ketiga sebanyak 8.770 cuitan.
Dalam konteks pemilih, survei nasional yang dibuat Algoritma Research and Consulting menemukan bahwa mayoritas publik belum mengetahui hari pencoblosan Pemilu 2024. Kendati begitu, mayoritas publik ingin menggunakan hak pilihnya.
Direktur Eksekutif Algoritma, Aditya Perdana mengatakan, 74,8 persen responden mengaku tidak tahu hari pencoblosan. Sebanyak 15,4 persen responden hanya mengetahui bulannya saja.
"Hanya 8 persen responden yang mengerti dan menyebutkan dengan benar kapan pelaksanaan hari pemungutan suara, yakni tanggal 14 Februari 2024," kata Aditya dalam keterangan tertulisnya, Selasa (31/1/2023).
Namun demikian, lanjut dia, survei ini menemukan hal positif. Sebanyak 93 responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya pada Pemilu 2024 ini. Artinya, publik antusias untuk mencoblos meski belum mengetahui hari pencoblosan.
"Ini perlu menjadi perhatian KPU RI untuk terus melakukan sosialisasi pelaksanaan pemilu secara intensif dalam beberapa bulan mendatang," ujarnya.