Gempa M 4,3 Akibatkan Kerusakan Ratusan Bangunan di Garut, Ini Penjelasan PVMBG

Total 586 rumah di Garut rusak akibat gempa yang terjadi pada Jumat (3/2/2023).

Dok. Diskominfo Kabupaten Garut
Wabup Garut, Helmi Budiman, meninjau rumah warga yang terdampak gempa bumi di Kecamatan Pasirwangi, Kabupaten Garut, Sabtu (4/2/2023).
Rep: Bayu Adji P Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Sekitar 500 unit bangunan di Kabupaten Garut mengalami kerusakan akibat gempa bumi berkuatan magnitudo 4,3 yang terjadi pada Rabu (1/2/2023). Berdasarkan hasil analisis sementara dari Pusat Vulkanolagi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gempa bumi itu menyebabkan banyak kerusakan.

Baca Juga


Penyelidik Bumi Madya di PVMBG, Supartoyo, mengatakan, guncangan gempa bumi yang bersumber dari sesar Garsela itu menyebabkan banyak kerusakan bangunan, terutama di Kecamatan Pasirwangi dan Samarang, Kabupaten Garut. Selain menyebabkan kerusakan bangunan, ada juga bahaya ikutan berupa keretakan tanah.

"Keretakan tanah itu terjadi di pinggir tebing, mengarah ke lembah. Ini tentu bisa menjadi gerakan tanah apabila tidak segera ditangani," kata dia kepada Republika, Sabtu (4/2/2023).

Supartoyo menjelaskan, terdapat sejumlah faktor penyebab gempa bumi yang berkekuatan relatif kecil itu merusak banyak bangunan. Pertama, kualitas bangunan warga di dua wilayah kecamatan yang terdampak. Menurut dia, mayoritas rumah warga yang terdampak tidak dibangun dengan struktur tahan gempa bumi. 

Selain itu, terdapat beberapa rumah warga yang dibangun secara bertahap. Artinya, rumah yang dibangun hanya bagian depannya terlebih dahulu. Sementara bagian lainnya belum dibangun.

"Itu kan jadinya tidak saling menyatu, sehingga bangunan tidak kuat," ujar dia.

Faktor kedua yang menyebabkan gempa bumi M 4,3 itu menyebabkan banyak kerusakan adalah pusat gempa dekat dengan permukiman. Alhasil, wilayah permukiman yang paling dekat adalah yang terdampak paling kuat. 

Ketiga, lanjut Supartoyo, faktor bebatuan di wilayah Kecamatan Pasirwangi dan Samarang. Ia menjelaskan, bebatuan di dua lokasi itu mayoritas merupakan pelapukan dari gunung api. 

"Diperkirakan struktur bebatuan itu mengakibatkan penguatan atau amplifikasi," ujar dia.

Selain itu, faktor geomorfologi juga berpengaruh. Pasalnya, di beberapa lokasi, banyak rumah yang didirikan di samping lereng, sehingga mengalami amplifikasi yang lebih kuat.

"Memang kekuatan gempa relatif kecil, tapi karena empat faktor itu jadi cenderung merusak. Apalagi pusat gempa dangkal dan dekat permukiman. Jadi hampir sama dengan Cianjur. Kekuatan gempanya terlalu besar, tapi guncangan terasa besar.," kata Supartoyo. 

 

 

Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Garut, Daris Hilman, mengatakan, pusat gempa bumi itu berlokasi di sekitar wilayah Kecamatan Pasirwangi. Berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), lanjut dia, gempa bumi itu terjadi di bibir sesar garsela. Alhasil, Kecamatan Pasirwangi dan Samarang yang paling terdampak. 

"Apalagi gempanya juga dangkal, mangkanya paling terasa di sana," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Sabtu. 

Menurut Daris, gempa bumi itu menyebabkan banyak kerusakan lantaran mayoritas rumah warga di dua wilayah itu tidak tahan gempa. Alih-alih banyak bangunan yang dibuat dari kayu, lebih banyak bangunan rusak adalah bangunan modern.

"Kalau rumah panggung mah aman. Kebanyakan struktur bangunan rumah tidak sesuai dengan kontur wilayah," kata dia.

Berdasarkan data BPBD hingga Jumat (3/2/2023) malam, total rumah terdampak terdampak gempa bumi di Kecamatan Pasirwangi dan Samarang berjumlah 586 unit. Sebanyak 442 unit rumah rusak ringan (RR), 122 unit rumah rusak sedang (RS), dan 22 unit rumah rusak berat (RB). Selain itu, terdapat sembilan fasiltas pendidikan. 

Namun, tak ada korban jiwa akibat kejadian gempa bumi itu. Sementara jumlah jiwa terdampak sebanyak 1.531 jiwa atau 586 kepala keluarga (KK).

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler