Mayoritas Cadangan Beras Pemerintah Impor
Cadangan beras pemerintah yang masih dimiliki Bulog saat ini cukup hingga April.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Bulog, Budi Waseso mengakui mayoritas cadangan beras pemerintah (CBP) yang dikelola sudah merupakan pasokan impor. Pasalnya, penyerapan dalam beras produksi dalam negeri masih minim dan ditargetkan akan mulai naik signifikan pada puncak panen raya Maret mendatang.
"Ya, cadangan beras mayoritas impor dan terbanyak ada di Jawa karena kebutuhan (di Jawa) juga besar," kata Buwas, sapaan akrabnya, usai meninjau penjualan beras Bulog melalui retail modern di Hypermart Puri Indah di Jakarta, Rabu (8/2/2023/2023).
Buwas mengungkapkan, panen padi sudah terjadi di beberapa titik sentra beras. Hanya saja, Bulog belum melakukan penyerapan secara masif agar panen saat ini bisa memenuhi kebutuhan pasar lokal terlebih dahulu.
Ia pun memastikan, stok CBP yang masih dimiliki Bulog saat ini cukup hingga setelah Lebaran di bulan April mendatang. "Itu kalau tidak ada panen, tapi kalau ada panen ya kita lihat karena tugas Bulog tahun ini (mengelola) stok beras 2,4 juta ton," ucapnya.
Mengutip data terakhir Bulog, hingga saat ini total stok beras yang dikuasai Bulog hanya sekitar 529 ribu ton. Stok itu gabungan dari beras beras di gudang, beras impor dalam perjalanan, serta beras yang tengah dalam proses perpindahan antar wilayah.
Adapun jumlah stok itu terdiri atas cadangan beras pemerintah (CBP) sebanyak 523 ribu ton dan beras komersial 5.000 ton. Sekretaris Perusahaan Bulog, Awaluddin Iqbal menambahkan, total penyerapan produksi dalam negeri oleh Bulog selama Januari baru mencapai 10 ribu ton dan akan terus bertambah seiring masa panen.
Badan Pangan Nasional (NFA) meminta Perum Bulog untuk meningkatkan operasi pasar beras di toko retail modern di seluruh Indonesia. Termasuk di toko-toko minimarket yang berada di kawasan pemukiman sehingga lebih mudah dijangkau konsumen.
Kepala NFA, Arief Prasetyo Adi, mengatakan, sejauh ini beras medium Bulog sudah tersedia di retail besar seperti Ramayana, Indogrosir, Hypermart, dan Transmart.
"Dalam sepekan ke depan, saya minta tolong Bulog dan Aprindo agar ada di (minimarket) seperti Alfamart dan Indomaret yang memiliki outlet sekitar 85 ribu outlet di seluruh Indonesia," kata Arief.
Ia menegaskan, harga operasi pasar di retail modern tetap dipatok sesuai harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kg untuk zona I, Rp 9.950 per kg zona II, serta Rp 10.250 per kg. Ketentuan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 Tahun 2017.