NU Menuju Dua Abad, Lahirnya Kepemimpinan Bangsa

Perayaan satu abad NU juga menjadi menarik karena dihadiri tokoh-tokoh politik.

retizen /a1 ba
.
Rep: a1 ba Red: Retizen

Perayaan puncak peringatan Hari Lahir 1 Abad Nahdlatul Ulama (NU) di Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur Selasa, 7 Februari 2023 digelar secara meriah, jutaan orang hadir dan tumpah ruah dalam acara tersebut. Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin hadir beserta jajaran Meteri seperti Menkopolhukam Mahfud Md, Mehteri Pertahanan Prabowo Subianto, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Agama RI Yaqut C Qoumas dan lainnya. Ada juga sejumlah tokoh dan ketua parpol, mulai dari Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri yang juga ketum PDI Perjuangan , Politisi senior, sekaligus Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12, Jusuf Kalla sampai Ketum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono. Belum lagi jajaran kepala daerah dari Gubernur hingga Walikota/ Bupati, sebut saja Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan lainnya.


Selain menjadi magnet untuk warga Nahdliyin dan masyarakat, perayaan satu abad NU juga menjadi menarik karena dihadiri tokoh-tokoh politik yang kini sedang mencari panggung menuju perhelatan pesta demokrasi di tahun 2024. Panggung besar inilah yang kemudian menjelma sebagai ceruk besar sebuah kolam untuk mendulang suara, setiap tokoh hingga partai politik mengklaim menjadi bagian dari NU, sangat disayangkan untuk melewatkan kesempatan besar ini sehingga masing-masing telah memasang target meraih dukungan dari warga Nahdliyin. Bakal calon presiden yang digadang-gadang maju di pilpres dielu-elukan dan diteriaki oleh jamaah, Ketua Umum Parti Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Banjar Pranowo sama-sama mendapatkan euphoria tersebut. Prabowo dan Ganjar, keduanya merupakan tokoh yang menempati elektabilitas tertinggi sebagai calon presiden, bersama Anies Rasyid Baswedan selalu menjadi tiga teratas dalam sejumlah survey hingga saat ini.

Kepemimpinan bangsa Indonesia pasca jatuhnya orde baru dan era reformasi memang tidak pernah terlepas dari peran organisasi massa dan keagamaan, Nahdlatul Ulama menjadi salah satu pionirnya. Tidak hanya menjelma menjadi satu partai politik, NU bahkan bertransformasi menjadi beberapa partai politik yang sama-sama memperebutkan suara warga Nahdlyin. Partai Kebangkitan Bangsa, PKB yang didirikan pada 23 Juli 1998 oleh para kiai seperti Munasir Ali, Ilyas Ruchiyat, Abdurrahman Wahid, Mustofa Bisri, dan A Muhith Muzadi menjadi partai besar yang ada hingga saat ini. Tidak terjun ke dunia politik bagi NU sebenarnya sempat disepakati Pengurus Besar NU dalam Muktamar ke-27 di Situbondo pada 1984. Dalam hasil kesepakatan para Kyai dan Ulama, NU dinyatakan sebagai organisasi yang tidak melakukan kegiatan politik ataupun terkait dengan parpol.

Namun, situasi di akhir tahun 1990-an membuat pengurus NU mengambil peran untuk masuk ke dalam kancah politik nasional. Tokoh-tokoh NU bahkan mengambil peran, adalah KH Abdurrahman Wahid alias Gus Dur menjadi pelpor dalam kepemimpinan di Indonesia, Gus Dur menduduki kursi presiden pada 1999 hingga 2001. Terkini,Wakil Presiden Indonesia, KH Ma'ruf Amin yang merupakan Ketua Tim Lima dengan anggota, KH M Dawam Anwar, Dr KH Said Aqil Siroj, HM Rozy Munir, dan Ahmad Bagdja yang tugas untuk memenuhi berbagai aspirasi warga NU, sehingga menginisiasi terbentuknya PKB.

Peringatan Satu Abad NU yang digelar secara terbuka di Sidoarjo seakan menjadi tonggak baru sejarah kepemimpinan yang akan dilahirkan dari rahim ormas islam terbesar di Indonesia, masing-masing tokoh yang digadang-gadang akan maju sebagai calon pemimpin bangsa pun mengambil kesempatan tersebut. Selain panggung besar, ada banyak panggung-panggung kecil yang didirikan untuk mengakomodasi sejumlah kepentingan, baik di depan layar maupun yang bergerilya di belakang layar. Siapa tokoh yang tidak hadir seakan rugi melewatkan kesempatan tersebut, peluang untuk lebih menaikan pamor dan mendeklarasikan menjadi bagian dari keluarga NU sehingga bisa menjadi modal tambahan untuk 2024 nanti.

Harlah Satu Abad Nahdlatul Ulama di Sidoarjo disi oleh sejumlah Kyai Besar NU, sebut saja Habib Muhammad Luthfi bin Yahya Dr.(HC), KH Mutawakkil Alallah, KH. R. Ahmad Azaim Ibrahimy, Zawawi Imron Z, Habib Syech Said Agil Husin Al Munawar, Maulana Syeikh As-Syarif Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jailani, dan lainnya. Sejak didirikan pada 1926 silam oleh tiga kyai besar asal jombang, Jawa Timur, KH Hasyim Asy’ari, KH Abdul Wahab Chasbullah dan KH Bisri Syansuri, NU pada hakikatnya tidak pernah terlepas dari peran para pemuka agama di masing-masing daerahnya, sebutannya Kyai, Ulama, Habib, dan lainnya. Hakikatnya, Kyai lah para pemimpin bangsa yang akan membawa kebaikan dan kemaslahatan untuk umatnya, yang jauh dari hinggar bingar soal deklarasi dan dukungan politik praktis yang kini mewarnai masyarakat hingga kontestasi di tahun 2024. Namun, ormas keagamaan kembali ditarik menuju pragmatism pemilihan kepemimpinan dengan jalur demokrasi, NU lagi-lagi akan mencatatkan perannya untuk melahirkan Kepemimpinan Bangsa Indonesia. Peringatan satu abad NU seakan menjadi teaser atau cuplikan pendek dalam film Pesta Demokrasi di Indonesia.

Peranan NU dalam tonggak sejarah perpolitikan di Indonesia memang berubah-ubah, sejak mulai dari dikeluarkannya resolusi jihad pada 1945, ikut serta dalam menyusun pancasila melalui Piagam Jakarta, berperan aktif menjadi partai politik pada Pemilu 1955, dikeluarkannya Khittah'26 pada Muktamar 1984, hingga pasca orde baru dan era reformasi. Dalam perjalanannya, orang-orang NU bahkan kerap digoyang dengan perbedaan pilihan dan pandangan, saling sikat dan sikut untuk menopang siapa yang didukungnya menjadi pemimpin baik di kancah nasional hingga tingkat lokal. Kyai langitan terseret-seret untuk turut serta berada dalam satu kubu dukungan para pengurus NU dan mereka yang benar-benar turun menjadi praktisi politisi. Maka wajar jika ada sebagian kalangan yang menyebut, “wajah NU adalah wajah Indonesia” karena sejarah NU lah yang juga turut membentuk sejarah kepemimpinan di Indonesia. Tidak bisa ditampik, besarnya peranan NU dalam membentuk Indonesia menjadi seperti saat ini. Peringatan Satu Abad NU bukanlah sebuah akhir, namun menjadi langkah awal babak baru dałam menentukan satu abad lagi sejarah yang akan dicatat di Indonesia, Menuju Dua Abad Nahdlatul Ulama dan Kepemimpinan di Indonesia.

sumber : https://retizen.id/posts/201590/nu-menuju-dua-abad-lahirnya-kepemimpinan-bangsa
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler