IHSG Diproyeksi Kurang Bergairah Pekan Ini

Rilis data inflasi tahunan AS akan menjadi katalis yang mempengaruhi IHSG pekan ini.

Republika/Prayogi.
Karyawan berada di dekat papan pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023) lalu. IHSG diproyeksi kurang bergairah pekan ini.
Rep: Retno Wulandhari Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan masih nyaman bergerak di bawah level psikologis 7.000 dalam jangka pendek. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih mengatakan rilis data inflasi tahunan AS akan menjadi katalis yang mempengaruhi IHSG pekan ini.

Baca Juga


Inflasi AS periode Januari 2023 diproyeksikan turun tipis sebesar 6,3 persen. Kemudian pelaku pasar juga mencermati rilis neraca perdagangan periode Januari 2023, serta keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang diproyeksikan naik 25 bps menjadi di level 6 persen. 

"Oleh karena itu, kami melihat IHSG akan bergerak sideways cenderung melemah dengan resistance di level 6.980 dan level support 6.820," kata Ratih akhir pekan lalu. 

Dari dalam negeri, lanjut Ratih, musim rilis laporan keuangan secara keseluruhan bisa mempengaruhi pergerakan IHSG. Namun, pelaku pasar mencermati kinerja keuangan emiten yang dapat melanjutkan tren pertumbuhan positif pada 2023.

Selain itu, pembagian dividen setelah emiten merilis laporan keuangan juga menjadi bagian yang dinanti pelaku pasar. Menurut Ratih, aksi korporasi tersebut akan berpengaruh positif untuk pergerakan IHSG. 

Sebagai informasi, pergerakan IHSG tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi global. Ratih melihat, melemahnya IHSG pada pekan lalu sebesar 0,45 persen lebih dipengaruhi oleh sentimen global. 

Rilis tingkat pengangguran di AS pada Januari 2023 berada pada level 3,4 persen, turun dari bulan sebelumnya sebesar 3,5 persen. Non-farm payrolls juga naik signifikan jadi 517 ribu, melebihi proyeksi konsensus sebesar 185 ribu dan lebih tinggi dari bulan Desember 2022 sebesar 260 ribu. 

"Data tenaga kerja yang masih solid tersebut menandakan tingkat inflasi yang masih akan tinggi, sehingga The Fed masih akan hawkish terhadap kebijakan moneternya," kata Ratih. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler