Gejala Kanker Usus: Bentuk Tinja Jadi Kecil Seperti Pensil
Kanker usus jarang terdeteksi sejak dini karena hampir tidak bergejala sebelum parah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagian rektum dalam usus besar merupakan tempat yang rentan terkena kanker. Hanya saja, kanker usus ini jarang terdeteksi sejak dini karena hampir tidak ada gejala pada awal penyakit.
Meski begitu, perubahan pada feses atau tinja bisa menjadi tanda peringatan. Tinja normal biasanya berdiameter 2,5 cm hingga lima sentimeter. Sementara itu, tinja yang kecil yang menyerupai pensil berbentuk hampir rata dan memiliki penampilan berserat perlu diwaspadai.
Penyempitan usus besar cenderung menjadi tanda penyempitan atau penyumbatan usus besar yang disebabkan oleh penyakit radang usus atau kanker. Menurut VeryWell Health, kanker usus besar adalah penyakit progresif saat tumor menyebar seiring berjalannya waktu dan menyerang jaringan serta organ.
Perkembangan penyakit ini diklasifikasikan dalam tahapan dari satu hingga empat. Setiap tahapan lanjutan menandakan penyakit menjadi semakin buruk.
Dikutip dari laman Express, Selasa (14/2/2023), pada tahap awal, ketika tumor muncul dan tahap kedua saat kanker mulai menyebar ke jaringan terdekat, hampir tidak ada gejala yang terlihat. Terlepas dari kekhawatiran ini, ada beberapa petunjuk gejala.
Salah satunya adalah tinja kecil yang menyerupai pensil. Selain itu, buang air besar akan terasa nyeri.
Jika Anda mengalaminya selama lebih dari satu atau dua pekan, segera temui dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Namun, jika jarang terjadi, tinja kecil tersebut tidak berbahaya. Di samping itu, feses yang encer bisa menjadi tanda sindrom iritasi usus besar (IBS).
IBS adalah kondisi yang dapat menyebabkan perubahan ukuran tinja. Jika Anda mengalami pendarahan dubur atau sakit perut yang parah, segera periksakan ke dokter.
Kolonoskopi
Jika menunjukkan beberapa gejala dan berisiko terkena kanker usus besar, orang mungkin dirujuk untuk menjalani kolonoskopi. Tes ini menggunakan instrumen khusus yang memungkinkan ahli gastroenterologi melihat ke dalam usus besar dan rektum untuk setiap pertumbuhan prakanker yang disebut polip.
Terkadang, polip diangkat selama prosedur kolonoskopi. Polip kemudian dikirim ke laboratorium untuk mengetahui kemungkinan keganasannya.
Kolonoskopi tidak hanya dapat mengidentifikasi polip yang berpotensi menjadi prakanker yang dikenal sebagai adenoma, tetapi juga memungkinkan pengangkatannya. Penelitian sebelumnya menunjukkan kolonoskopi dikaitkan dengan penurunan 69 persen kasus baru kanker kolorektal.
Oleh karena itu, siapa pun yang berusia di atas 45 tahun dianjurkan untuk menjalani skrining. Untuk pasien tertentu, termasuk mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker kolorektal onset dini atau penyakit seperti penyakit radang usus, skrining dapat dimulai bahkan lebih awal dari usia 45 tahun, menurut Harvard Health.