Nilai Tukar Dolar AS Naik Ditopang Ekspektasi Kenaikan Suku Bunga

Rilis data terbaru memberi dolar AS penguatan, memukul sterling, euro, dan yen.

Prayogi/Republika.
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di salah satu gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Kamis (29/9/2022). Nilai tukar dolar AS melonjak mencapai level tertinggi enam minggu terhadap sekeranjang mata uang di sesi Asia pada Jumat (17/2/2023) sore
Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Nilai tukar dolar AS melonjak mencapai level tertinggi enam minggu terhadap sekeranjang mata uang di sesi Asia pada Jumat (17/2/2023) sore, karena serangkaian data ekonomi yang tangguh dari Amerika Serikat. Ini meningkatkan ekspektasi pasar bahwa lebih banyak kenaikan suku bunga segera terjadi.

Baca Juga


Data pada Kamis (16/2/2023) menunjukkan bahwa jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga turun minggu lalu. Sementara data lain mengungkapkan bahwa harga produsen bulanan meningkat paling tinggi dalam tujuh bulan pada Januari.

Rilis data terbaru memberi dolar AS penguatan, memukul sterling, euro, dan yen Jepang ke posisi terendah baru enam minggu pada Jumat. Itu mendorong indeks dolar AS ke puncak enam minggu di 104,44. Indeks terakhir 0,28 persen lebih tinggi di 104,40, dan berada di jalur untuk kenaikan minggu ketiga berturut-turut.

Euro terakhir diperdagangkan 0,34 persen lebih rendah pada 1,0635 dolar, setelah mencapai titik terendah pada 1,0632 dolar di awal sesi, sementara sterling turun 0,32 persen menjadi 1,1949 dolar. Demikian pula, kiwi jatuh ke palung enam minggu di 0,6216 dolar AS, dan juga Aussie anjlok lebih dari 0,6 persen menjadi 0,68325 dolar AS, level terendah sejak 6 Januari.

"Ekonomi AS, dari data terakhir, menunjukkan masih sehat. Sepertinya tidak akan mengalami resesi dalam waktu dekat," kata Tina Teng, analis pasar di CMC Markets. Pasar memperkirakan suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.

Laporan Kamis (16/2/2023) mengikuti data dari awal pekan ini, yang menunjukkan pertumbuhan penjualan ritel AS yang kuat pada Januari dan tanda-tanda inflasi yang kaku, memicu kekhawatiran bahwa Federal Reserve harus menaikkan suku bunga lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.

 

Imbal hasil obligasi pemerintah AS juga telah melonjak didukung perkiraan kembali suku bunga hawkish lebih lanjut, dengan imbal hasil dua tahun terakhir di 4,6762 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik ke puncak 3,9010 persen pada Jumat, tertinggi sejak 30 Desember.Pasar sekarang memperkirakan suku bunga mencapai puncaknya di atas 5,25 persen pada Juli.

Pejabat Fed juga memberi isyarat bahwa bank sentral AS harus menaikkan suku bunga, dengan dua pembuat kebijakan mengatakan pada Kamis (16/2/2023) bahwa Fed kemungkinan harus menaikkan suku bunga lebih dari kenaikan 25 basis poin awal bulan ini.

Terhadap yen Jepang, dolar melonjak lebih dari 0,6 persen ke tertinggi lebih dari satu bulan di 134,815, dan mengincar kenaikan mingguan sekitar 2,5 persen, minggu terbaik sejak Agustus lalu.

Pemerintah Jepang memilih akademisi Kazuo Ueda sebagai kepala bank sentral baru dengan harapan dia dapat membantu menjaga inflasi sesuai target serta mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan upah, kata menteri keuangan Shunichi Suzuki pada Jumat.

 

"Diharapkan bahwa tugas paling penting dari calon Gubernur Ueda adalah memandu BoJ keluar dari kebijakan ultra-akomodatif (pelonggaran kuantitatif dan kualitatif)," kata Jane Foley, kepala strategi valas di Rabobank.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler