Derby Jateng, Kericuhan Pendukung PSIS-Polisi Pecah di Luar Stadion Jatidiri

Ribuan pendukung PSIS memaksa masuk ke dalam Stadion Jatidiri.

Andreas Fitri Atmoko/Antara
Kericuhan suporter (ilustrasi).
Rep: Bowo Pribadi Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Laga Derby Jawa Tengah pada lanjutan kompetisi Liga 1 yang mempertemukan PSIS Semarang dengan Persis Solo di Stadion Jatidiri, Kota Semarang diwarnai bentrok antara para pendukung tuan rumah dengan aparat kepolisian, Jumat (17/2/2023) sore.


Bentrokan ini pecah di luar stadion Jatidiri setelah ribuan pendukung PSIS yang nekat berdatangan ke stadion Jatidiri memaksa masuk ke dalam stadion dalam laga yang seharusnya digelar tanpa penonton dengan mempertimbangkan aspek keamanan.

Namun upaya ini dihadang oleh barikade badan anggota polisi. Para pendukung PSIS yang marah akhirnya melakukan aksi pelemparan ke arah polisi yang mengamankan kawasan stadion Jatidiri.

Akibatnya, polisi harus melepaskan gas air mata dan menghalau mundur para suporter dengan menggunakan kendaraan water canon.

Sebelumnya, laga derby ini diputuskan digelar tanpa penonton. Sehingga aparat kepolisian mengantisipasi dengan melakukan upaya penyekatan terhadap para pendukung PSIS di sejumlah titik akses menjuju ke stadion Jatidiri.

Namun beberapa rombongan suporter diketahui lolos dari penyekatan dan akhirnya bisa mendekat ke lokasi stadion. Bahkan menjelang pertandingan dimulai jumlah suporter semakin bertambah banyak.

Akibatnya, suasana di luar stadion semakin sulit dikendalikan. Kericuhan antara pendukung PSIS dengan aparat keamanan gabungan pun pecah di depan pintu masuk stadion Jatidiri.

Kapolrestabes Semarang, Kombes Pol Irwan Anwar mengatakan, hasil technical meeting memang diputuskan bahwa laga PSIS kontra Persis Solo ini direkomendasikan tanpa penonton. Pertimbangannya adalah aspek keamanan dikarenakan sebelumnya laga yang mempertemukan kedua tim kerap berlangsung panas.

Pada saat pertandingan digelar di Solo, para suporter PSIS mendapatkan mendapatkan serangan ketika akan kembali ke Semarang. Peristiwa ini kemudian menjadi pemicu dan memunculkan suara-suara di kalangan suporter Semarang yang akan melakukan aksi balasan ketika suporter Solo datang di pada laga di Jatidiri.

Kemarin memang salah satu opsinya dihadiri dengan penonton dari Solo sebanyak 1.000 orang. Namun jumlah ini kemudian minta ditambah. Hal itulah yang menjadi pertimbangan pihak kepolisian untuk menggelar pertandingan tanpa penonton.

Apalagi kedatangan suporter Solo ke Semarang menggunakan sepeda motor. "Pertimbangan lainnya, saat pertandingan PSIS Semarang melawan Persib Bandung, pintu stadion dijebol oleh oknum supporter PSIS Semarang," katanya.

Dalam pertandingan hari ini, masih jelas Irwan, ada desakan yang dilakukan oleh pendukung PSIS yang ingin menyaksikan pertandingan secara langsung. Polisi juga bisa memastikan bahwa mereka yang datang pun tidak memiliki tiket.

Itulah yang menjadi pertimbangan aparat kepolisian melakukan penyekatan, sehingga jangan sampai massa penonton yang tidak memiliki tiket tersebut berupaya masuk ke area stadion dan peristiwa tadi kericuhan terjadi di luar pagar stadion. "Karena massa tanpa tiket merangsek dan memaksa masuk stadion," lanjutnya.

CEO PSIS, AS Sukawijaya, kata Kapolrestabes, juga sudah menyampaikan beberapa imbauan kepada para pendukung terkait pertimbangan-pertimbangan jika penonton tetap nekat, termasuk dampak yang akan diakibatkan. Namun hal itu tidak digubris.

Terkait dengan gas air mata, Kapolrestabes juga menyampaikan bahwa gas air mata adalah tahapan, setelah upaya- upaya aparat kepolisian mulai dari memberikan imbauan, memperingatkan melalui pengeras suara, bahkan ketika mulai ada lemparan-lemparan benda keras ke arah polisi pun masih diingatkan. "Ketika serangan kepada petugas semakin brutal, barulah tahapan tembakan gas air mata dilakukan," ungkapnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler