Penanganan Stunting Surabaya Diharapkan Bisa Direplikasi Nasional
Aplikasi Sayang Warga memetakan data masyarakat yang membutuhkan intervensi,
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyambut baik rencana pemerintah pusat mereplikasi program digital penanganan stunting yang dijalankan di Surabaya. Program yang dimiliki Pemkot Surabaya dalam penanganan stunting salah satunya adalah aplikasi Sayang Warga. Aplikasi tersebut digunakan untuk mendata warga miskin yang membutuhkan intervensi dari pemerintah.
"Karena penggunaan digital web service (pelayanan berbasis website) ini kan menggunakan uang negara. Ketika dilebur menjadi satu, maka kami akan lebih bahagia lagi," kata Eri, Sabtu (18/2).
Aplikasi Sayang Warga memetakan data masyarakat yang membutuhkan intervensi, misalkan terkait balita gizi buruk, stunting, rumah tidak layak huni, pengangguran, warga lanjut usia dan sebagainya. Eri menyampaikan, tanpa adanya web service, pemkot tidak akan bisa memberikan bantuan tepat sasaran hingga ke level bawah.
"Hingga hari ini pun, Ketua RT itu tahu jumlah bayi stunting dan gizi buruk di Kota Surabaya. Bahkan aplikasi Sayang Warga juga terkoneksi dengan Kantor Urusan Agama (KUA) untuk memantau calon pengantin hingga mereka memiliki anak," ujarnya.
Asisten Deputi Penanggulangan Kemiskinan Sekretariat Wapres, Abdul Muis mengatakan, program yang dijalankan di Kota Surabaya dalam percepatan penurunan stunting sangat luar biasa. Berdasarkan data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kemenkes, prevalensi stunting di Surabaya pada 2021 di angka 28,9 persen dengan 6.722 kasus stunting. Kemudian, di 2022 menurun signifikan ke angka 4,8 persen dengan 923 kasus stunting.
"Kita melihat program yang dijalankan di Surabaya sangat luar biasa. Salah satu kegiatannya yang patut dicontoh adalah Posyandu Prima, yang memberikan pelayanan secara komprehensif dan holistik integratif dengan didukung aplikasi dari Pak Wali," kata Muis.