Sistem Apartheid dan Rasisme Jadi Kekuatan Israel Membantai Palestina

Amerika Serikat mengecam Israel yang terus mendiskriminasikan warga Palestina.

AP Photo/Nasser Nasser
Para pelayat melihat jenazah Mahmoud Al-Aydi, 17 tahun, saat pemakamannya di kamp pengungsi Tepi Barat Faraa, dekat Jenin, Selasa, 14 Februari 2023. Al-Aydi terbunuh Selasa dini hari dalam serangan tentara Israel di sebuah kamp pengungsi di Tepi Barat utara, kata pejabat Palestina.
Rep: Umar Mukhtar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Kementerian Luar Negeri AS mengecam serangan baru-baru ini oleh seorang tentara Israel terhadap aktivis HAM terkemuka Palestina Issa Amro di kota Hebron, Tepi Barat yang diduduki.

Baca Juga


Dalam video yang diposting ke Twitter oleh jurnalis majalah New Yorker Lawrence Wright, tentara Israel mencengkeram jaket dan leher Amro dan melemparkannya ke tanah. Dia kemudian mendaratkan tendangan ke punggung aktivis sebelum ditarik oleh tentara lain. Tentara Israel kemudian memenjarakan tentara tersebut selama 10 hari.

"Kami mengutuk agresi terhadap masyarakat sipil & serangan terhadap Issa Amro," cuit Kantor Urusan Palestina (OPA) Departemen Luar Negeri. "Kami mencatat (tentara Israel) mengatakan telah mendisiplinkan prajurit yang terlibat," tambahnya.

Pernyataan tersebut menyampaikan, pihak berwenang harus menahan diri terhadap warga sipil di Tepi Barat, tidak melakukan kekerasan yang tidak proporsional di mana pun, termasuk di pos pemeriksaan.

Amro sendiri adalah pendiri kelompok Youth Against Settlements yang berbasis di Hebron. Dia mengatakan, apa yang dialaminya bukan soal aktivis hak asasi manusia atau tentang prajurit individu.

"Ini bukan insiden yang terisolasi, tetapi salah satu dari sekian banyaknya, karena sistem apartheid dan rasisme, yang dibuat untuk menyiksa warga Palestina di wilayah pendudukan dan menjadikan mereka (contoh) kekerasan yang tak terhitung jumlahnya," kata Amro.

Dia menekankan, tujuan keseluruhannya adalah untuk membunuh semangat kami untuk menuntut kesetaraan dan kebebasan. Menurut dia pernyataan OPA pun tidak cukup menyampaikan peristiwa yang sebenarnya dan tidak sebanding dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan penderitaan sehari-hari dari rakyat Palestina.

 

"Kami dengan tulus berharap Kementerian Luar Negeri AS bekerja keras untuk membuat Israel dan para pemukim bertanggung jawab atas konsekuensi mengerikan dari pendudukan militernya dan untuk sistem apartheid-nya di tanah Palestina," katanya.

 

Insiden di Hebron memicu gelombang internal Israel, dengan Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvir menyuarakan dukungan penuh untuk tentara tersebut. "Saya mendukung penuh tentara, yang tidak tinggal diam. Tentara pantas didukung, bukan dipenjara," cuit Ben-Gvir.

 

Kekerasan Israel terhadap warga Palestina adalah hal biasa. Ada hampir 50 warga Palestina yang terbunuh sepanjang tahun ini oleh pasukan Israel dan pemukim di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Itu terjadi setelah hampir 150 warga Palestina terbunuh di wilayah itu oleh pasukan Israel pada tahun 2022, menjadikannya tahun paling mematikan di sana sejak 2004, menurut kelompok hak asasi Israel terkemuka Bethlehem.

 

Wartawan Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh termasuk di antara mereka yang terbunuh pada tahun 2022. Dia ditembak mati Mei lalu saat meliput serangan militer di kamp pengungsi Jenin.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler