Stok Minyakita di Pasar Kabupaten Bogor Masih Belum Normal

Stok Minyakita di pasar-pasar Kabupaten Bogor masih belum normal.

Republika/Wihdan Hidayat
Pedagang sembako membawa jatah Minyakita usai pendistribusian oleh pemerintah. Stok Minyakita di pasar-pasar Kabupaten Bogor masih belum normal.
Rep: Shabrina Zakaria Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Perumda Pasar Tohaga Kabupaten Bogor mencatat stok minyak goreng curah dan kemasan premium di pasar-pasar masih aman. Kendati demikian, berbeda dengan pasokan minyak goreng kemasan rakyat Minyakita.

Baca Juga


Dirut PD Pasar Tohaga, Haris Setiawan, mengatakan permasalahan Minyakita memang tidak hanya terjadi di Bogor. Namun di seluruh daerah.

“Masih aman terkendali untuk stok minyak goreng. Jadi kan alternatifnya tidak hanya Minyakita, ada juga minyak curah yang masih aman sejauh ini. Juga mungkin kemasan yang bermerk (premium),” kata Haris, Ahad (19/2/2023).

Sejauh ini, kata dia, suplai minyak goreng ke pasar-pasar masih aman. Hanya saja harganya cenderung berubah-ubah.

Ditanya perihal suplai Minyakita, Haris mengaku belum mengetahui bagaimana sistemasi pembagiannya dari Pemerintah Pusat. Ditambah, baru beberapa pabrik yang ditunjuk menjadi produsen Minyakita.

“Jadi memang ini problem kita bersama. Mudah-mudahan nanti Kementerian Perdagangan punya kebijakan baru untuk mengantisipasi keadaan ini,” harapnya.

Di samping itu, Haris mengaku terus memantau suplai sembako dan harga sembako, tak hanya minyak goreng, di pasar setiap hari. Bahkan ada rapat rutin setiap Senin terkait TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah), dari semua bahan pokok.

Sejauh ini, kata dia, belum ada indikasi, laporan, dan temuan penimbunan minyak goreng. “Wlaaupun kan memang ini bukan tupoksi kita ya. Jadi memang harus ada gabungan dari aparat tentunya. Sejauh ini belum ada laporan penimbunan,” imbuhnya.

Terkait kenaikan harga barang salah satunya cabai jelang Ramadhan, Haris mengatakan, Tim Perekonomian dari Pemkab Bogor membentuk gagasan menanam sejuta pohon cabai.

“Gerakan itu harusnya direalisasikan, kenapa? Supaya tidak ada lagi cerita klise yang berulang tiap tshun bahwa harga cabe melonjak,” ujar Haris.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler