Dorong Transisi Energi, Maksimalkan Pemasangan PLTS Atap
semoga pembaca mendapatkan wawasan terkait pemasangan PLTS Atap untuk mendorong transformasi energi.
Indonesia merupakan salah satu negara yang ikut berkomitmen dalam mencapai Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060, NZE atau dikenal nol emisi karbon merupakan kondisi dimana jumlah karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi apa yang diserap bumi. Untuk mencapai hal tersebut, transisi energi dari sistem energi konvensional ke sistem energi baru terbarukan perlu dicapai.
Untuk mencapai Net Zero Emission 2060, salah satu langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia yaitu melakukan pengembangan transisi energi. Indonesia secara bertahap akan bertransformasi dari sistem energi konvensional ke sistem energi baru terbarukan seperti memaksimalkan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap. Seperti kebijakan pemerintah yang menargetkan kapasitas PLTS Atap bisa mencapai 3,6 giga watt pada tahun 2025 dan target energi nasional yaitu bauran EBT sebesar 23% di tahun 2025.
Energi terbarukan merupakan energi yang berasal dari sumber alami yang tersedia oleh alam dan bisa dimanfaatkan secara terus menerus. Energi matahari merupakan energi terbarukan yang ketersediannya melimpah, dari semua energi terbarukan dan dapat dimanfaatkan ketika cuaca mendung karena sel surya tetap dapat menghasilkan listrik.
Berdasarkan SNI 8395:2017, PLTS merupakan sebuah sistem pembangkit listrik yang energinya bersumber dari radiasi matahari, melalui konversi sel fotovoltaik. Sistem fotovoltaik mengubah radiasi sinar matahari menjadi listrik. PLTS dapat diaplikasikan melalui berbagai bentuk instalasi, dengan konfigurasi sistem PLTS yaitu PLTS terpusat sistem PLTS yang melayani sekelompok beban yang berbeda dan PLTS tersebar yaitu sistem PLTS yang melayani satu beban tertentu disatu titik lokasi.
PLTS atap merupakan proses pembangkitan tenaga listrik yang menggunakan modul fotovoltaik yang diletakkan di atap, dinding, dan bagian lain dari bangunan milik pelanggan PLN. PLTS atap sendiri memiliki komponen utama yaitu:
1. Panel surya mengkonversi energi matahari menjadi energi listrik. Panel surya menghasilkan arus searah DC
2. Arus DC diubah oleh inverter menjadi listrik arus bolak-balik AC
3. Arus AC masuk ke jaringan listrik di dalam rumah melalui AC breaker panel
4. Pemakaian energi listrik untuk penerangan atau peralatan elektronik rumah tangga
5. Penggunaan kWh meter ekspor impor (exim) dengan menggunakan sistem net metering
6. Meter exim akan membaca ekspor listrik dari pelanggan PLTS ke jaringan PLN, dan membaca impor listrik dari jaringan PLN ke pelanggan PLTS.
Pada PLTS off-grid memiliki dua konfigurasi sistem yaitu sistem penyambungan AC atau AC-coupling dan penyambungan DC atau DC-coupling.
Sistem DC-coupling menghubungkan rangkaian modul fotovoltaik ke sisi DC sistem PLTS melalui Solar Charge Controller. Daya listrik dibangkitkan oleh modul fotovoltaik dan digunakan untuk mengisi baterai melalui Solar Charge Controller (SCC). SCC merupakan pengonversi DC-DC berfungsi untuk menurunkan tegangan modul fotovoltaik ke level tegangan baterai yang juga dilengkapi Maximum Power Point Tracker (MPPT) untuk mengoptimalkan penangkapan energi.
Sistem AC-coupling berfungsi untuk menghubungkan rangkaian modul surya dan baterai ke sisi AC dengan menggunakan inverter jaringan dan inverter baterai. Modul fotovoltaik terhubung ke inverter jaringan yang dimana tegangan DC diubah ke tegangan AC. Inverter jaringan dilengkapi juga dengan MPPT yang berfungsi untuk mengoptimalkan penangkapan energi. Daya yang dihasilkan dari modul fotovoltaik dapat langsung digunakan di siang hari dan kelebihannya digunakan untuk mengisi baterai melalui inverter baterai pada saat yang sama.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keluaran modul fotovoltaik, antara lain sebagai berikut:
· Radiasi sinar matahari atau intensitas radiasi elektromagnetik sinar matahari yang jatuh di permukaan. Radiasi diukur dalam satuan W/m2 dan nilainya berbeda di-beda disetiap wilayah Indonesia.
· Orientasi dan kemiringan modul fotovoltaik. Modul fotovoltaik di dalam satu rangkaian seri atau paralel harus dipasangan dengan memperhatiakn pada orientasi, kemiringan dan ketinggian.
· Shading yang mengahalangi sinar matahari dan penumpukan debu dapat menghalangi transmisi sinar
· Kenaikan temperatur pada modul dapat menyebabkan kekurangannya efisiensi modul fotovoltaik.
Dalam pemasangan PLTS atap harus memperhatikan tujuan pemasangan PLTS atap yaitu:
1. Memaksimalkan luas atap bangunan atau sambungan listrik terpasang
Memaksimalkan luas atap dengan melihat luas bangunan dari denah atap bangunan atau dengan menggunakan aplikasi dan harus memperhatikan obyek lain di atap agar keluaran modul fotovoltaik maksimal. Namun, tidak semua luasan atap dapat dipakai secara efektif, karena orientasi atap tertentu memungkinkan timbulnya efek bayangan yang dapat mengurangi efektifitas kinerja panel surya, dengan jumlah modul fotovoltaik yang akan disesuaikan dengan luas atap pemasang. Hal ini berfungsi untuk memaksimalkan kapasitas PLTS yang dapat terpasang akan maksimal, tetapi terdapat kekurangannya yaitu dalam pemasangan PLTS atap membutuhkan biaya yang besar.
2. Memaksimalkan keuntungan finansial
Selain memaksimalkan luas atap bangunan atau sambungan listrik terpasang, kita juga dapat memaksimalkan keuntungan finansial yang ingin dicapai dalam pemasangan PLTS atap. Menghitung keuntungan finansial dengan cara biaya listrik bulanan dan tarif dasar listrik. Dengan adanya hal tersebut kita bisa memperkirakan kapasitas pemakaian listrik perbulannya.
3. Memaksimalkan penghematan pemakaian listrik dengan target tertentu
Memaksimalkan penghematan pemakaian listrik dengan target tertentu, memasang PLTS atap berarti memiliki sumber energi listrik selain PLN. Karena kebutuhan Listrik dipenuhi oleh dua sumber, maka dengan memasang PLTS atap dapat membantu mengurangi tagihan listrik bulanan dari PLN. Penghematan maksimal dapat diperoleh ketika pelanggan menggunakan semua listrik yang dihasilkan dari PLTS untuk kepentingan sendiri, dan sekecil mungkin listrik yang dihasilkan dari PLTS dikirim ke jaringan PLN. Untuk memenuhi ketentuan tersebut perlu adanya analisa beban dilakukan untuk menghitung besarnya energi listrik yang dibutuhkan pelanggan di siang hari.
Dengan demikian dalam pemasangan PLTS atap, kita dapat memaksimalkan penghematan energi maksimum setiap bulannya. Dalam pemasangan PLTS atap kita juga harus memperhatikan beberapa faktor dan pemilihan komponen PLTS atap yang sesuai dengan design atau rancangan bangunan.