Kolaborasi Kembangkan Kewirausahaan Desa Penghasil Kelapa Sawit
Kelapa sawit salah satu sektor yang memberi kontribusi besar terhadap devisa negara.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan Asosiasi Petani Perusahaan Inti Rakyat (Aspekpir) melalui program kemitraan menggelar kegiatan Bimbingan Teknis (Bimtek) UMKM Bina Industri Koperasi Sejahtera atau Bikopra di Pontianak, Kalimantan Barat (Kalbar). Aspekpir menggandeng sedikitnya 80 koperasi yang tersebar di Kalbar.
Kepala Divisi UKMK BPDPKS Helmi Muhansyah mengatakan dukungan terhadap kegiatan bimbingan teknis UMKM Bikopra ini merupakan bagian dari program kemitraan. Hal ini sesuai tugas BPDPKS untuk menghimpun, mengelola dan menyalurkan dana yang berasal dari pungutan ekspor kelapa sawit Indonesia.
Dia menjelaskan kelapa sawit merupakan salah satu sektor yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. "Tentu kami ingin agar kegiatan kelapa sawit ini bisa dinikmati oleh masyarakat Indonesia sehingga BPDPKS sangat mendukung program Bikopra ini," ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (21/2/2023).
Kegiatan ini diharapkan Helmi, tidak selesai hanya di sini. Tetapi juga mampu menghasilkan produk sesuai yang diharapkan. “Kami berharap kegiatan ini tidak hanya berhenti di Bimtek, tetapi bisa menghasilkan program-program nyata,” katanya saat memberikan sambutan pada pembukaan Bimtek UMKM Bikopra.
Bikopra merupakan singkatan dari Bangun Industri UMKM Sejahtera yang digagas oleh Aspekpir Indonesia untuk mengembangkan kewirausahaan di desa-desa penghasil kelapa sawit di seluruh Indonesia. Tujuan kegiatan ini adalah memanfaatkan potensi limbah dari kelapa sawit menjadi bernilai ekonomis tinggi.
Program Bikopra yang digagas Aspekpir didedikasikan untuk seluruh anggotanya di Indonesia maupun petani kelapa sawit lainnya, termasuk di Kalbar. Program ini sudah memiliki pilot project di satu desa di Riau dengan memanfaatkan limbah sawit dan menghasilkan pakan ternak sehingga mampu melakukan budi daya ternak sapi.
Desa tersebut telah menjadi salah satu andalan untuk memasok kebutuhan daging di wilayah sekitar desa. Keberhasilan di desa itu menjadi inspirasi bagi Aspekpir untuk dikembangkan ke desa-desa lainnya melalui program Bikopra dan didukung oleh BPDPKS.
Ketua Umum Aspekpir, Setiyono, mengatakan luas perkebunan kelapa sawit di Kalbar mencapai 1,9 juta hektare. Adapun luas perkebunan plasma mencapai 350 ribu ha yang berpotensi untuk dimanfaatkan dalam rangka mendukung program Bikopra bagi anggota Aspekpir.
Sebagai gambaran, areal kebun kelapa sawit yang cukup luas di Kalbar akan memberi manfaat besar. Dikarenakan kelapa sawit bisa diolah mulai dari buah, daun, lidi, pelepah dan lainnya menjadi industri hulu dan hilir (minyak sawit dan turunannya). “Potensi mengembangkan UMKM sawit di Kalbar melalui program Bikopra sangat penting mengingat kelapa sawit yang sangat besar di daerah ini, khususnya petani plasma ,” katanya.
Ketua Aspekpir Kalbar, YS Marjitan, mengatakan gelaran ini bertujuan untuk meningkatkan kemitraan, baik itu antara sesama anggota koperasi maupun dengan pihak perusahaan. Selain itu juga menggerakkan koperasi terutama dalam sektor UMKM.
Dalam gelaran ini Aspekpir menggandeng sedikitnya 80 koperasi yang tersebar di provinsi tersebut. "Ini adalah komitmen kita untuk perkebunan sawit berkelanjutan seperti target pemerintah," ujarnya.
Kepala Dinas Perkebunan Dan Peternakan Kalbar, Heronimus Hero, mengatakan potensi komoditas kelapa sawit di Kalbar sangat besar sehingga cocok untuk dikembangkan melalui program kemitraan Bikopra. Program integrasi sawit dan ternak sapi di Kalbar sudah maju selangkah. Salah satunya karena Dinas Perkebunan dan Peternakan menjadi satu kesatuan. "Harapan kita, sawit bisa menjadi sumber kesejahteraan bersama," katanya.