Tentara Ukraina: Tank Leopard Seperti Mercedes Benz
Leopard 2 dinilai krusial untuk mengalahkan invasi Rusia
REPUBLIKA.CO.ID, MUNSTER -- Seorang tentara Ukraina membandingkan tank Leopard 2 dengan Mercedes. Tentara yang berlatih dengan tank itu sebelum datang ke medan perang, mengatakan ia berharap Leopard 2 akan memberikan terobosan dalam perang.
Ia salah satu dari lusinan tentara Ukraina yang berlatih dengan simulator dan tank Leopard 2 itu sendiri di Munster, Jerman sebelum tank-tank tersebut dikirim ke Ukraina.
Bulan lalu Jerman sepakat memasok tank yang dianggap salah satu senjata terbaik Eropa. Langkah ini membatalkan sikap sebelumnya soal pengiriman persenjataan berat. Leopard 2 dinilai krusial untuk mengalahkan invasi Rusia tapi Moskow menganggapnya sebagai provokasi berbahaya.
"Sangat penting bagi kami menggunakan senjata modern ini dengan bijaksana, ini akan memberikan terobosan dan kami akan menang akhirnya," kata tentara berusia 57 tahun itu, Selasa (21/2/2023).
Saat ditanya apa perbedaannya antara sistem persenjataan Uni Soviet dengan Barat. "Anda bisa membayangkan perbedaaan antara Mercedes dan Zhiguli," jawabnya. Zhiguli merupakan mobil produksi Uni Soviet yang dijual dengan nama Lada di Barat.
Tank-tank yang dikirimkan Jerman diproduksi Krauss-Maffei Wegmann. Dengan berat lebih dari 60 ton, dilengkapi senapan laras halus atau smoothbore gun dan jangkauan tembakannya mencapai 4 kilometer.
Bulan lalu Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan berharap Ukraina menerima sekitar 120 sampai 140 tank dalam pengiriman "gelombang pertama" dari koalisi yang terdiri 12 negara. Termasuk tank Leopard 2. Butuh waktu untuk melatih prajurit agar dapat menggunakannya.
Secara keseluruhan, Jerman melatih beberapa ratus tentara pada berbagai aspek senjata perang. Sebagai upaya Eropa melatih sekitar 15 ribu tentara Ukraina.
Prajurit lain yang berlatih menggunakan kendaraan tempur infanteri Marder mengatakan sistem persenjataan Barat tidak jauh berbeda dari senjata-senjata yang diproduksi Uni Soviet yang pernah digunakan Ukraina.
"Kami telah memiliki pengalaman dengan sistem senjata yang sama, logikanya sama, terkadang kami bahkan tidak perlu bantuan penerjemah untuk memahami instruksinya," kata tentara berusia 33 tahun yang seperti rekannya menutupi wajahnya dengan kain dan kaca mata balistik untuk menutupi identitasnya.
Menteri Pertahanan Jerman Boris Pistorius mengatakan ia terkesan dengan prajurit-prajurit Ukraina.
"Berbicara tentang perang, wajah-wajah orang yang datang langsung dari medan perang berbeda dari orang-orang yang akan kembali ke sana dengan tank setelah mereka menyelesaikan pelatihan mereka," katnaya.
Para prajurit Ukraina bekerja 12 jam sehari, enam hari per pekan.
"Mereka sangat termotivasi dan haus pada pengetahuan, mereka tahu mereka akan kembali ke garis depan dalam lima pekan," kata letnan kolonel Jerman yang bertanggung jawab memberikan pelatihan tank Leopard dan hanya mengidentifikasi dirinya sebagai Peter.
Para tentara akan kembali ke Ukraina pada akhir Maret mendatang. Ditanya bagaimana mereka menghadapi ketakutan, tentara yang berusia 57 tahun mengatakan semua orang takut.
"Takut? Ya semua orang takut, tapi penting bagaimana anda mengatasi ketakutan anda, dan bagaimana anda melawannya," kata tentara itu.