Cina Harap Rusia-AS Bisa Selesaikan Persoalan Perjanjian Kontrol Senjata Nuklir

Rusia menangguhkan partisipasinya dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir.

Euromaidan Press
Bendera Rusia dan Amerika Serikat. Pemerintah Cina berharap Rusia dan Amerika Serikat (AS) dapat menyelesaikan persoalan terkait New Strategic Arms Reduction Treaty (New START). Presiden Rusia Vladimir Putin diketahui telah memutuskan menangguhkan partisipasi negaranya dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir bersama AS tersebut.
Rep: Kamran Dikarma Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina berharap Rusia dan Amerika Serikat (AS) dapat menyelesaikan persoalan terkait New Strategic Arms Reduction Treaty (New START). Presiden Rusia Vladimir Putin memutuskan menangguhkan partisipasi negaranya dalam perjanjian pengendalian senjata nuklir bersama AS tersebut.

Baca Juga


“Cina mencatat perbedaan kepatuhan antara kedua negara dan berharap kedua belah pihak dapat menyelesaikan perbedaan dengan baik melalui dialog serta konsultasi yang konstruktif untuk memastikan implementasi perjanjian yang baik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Wang Wenbin dalam pengarahan pers, Rabu (22/2/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.

Dia menjelaskan, New START merupakan perjanjian bilateral penting tentang perlucutan senjata nuklir yang dicapai Rusia dan AS pada abad ini. “(New START) satu-satunya perjanjian kontrol senjata AS-Rusia yang tersisa, yang penting untuk menjaga stabilitas strategis global, mempromosikan perdamaian internasional dan regional, serta mewujudkan tatanan dunia bebas senjata nuklir,” ucap Wang.

Putin memutuskan untuk menangguhkan partisipasi negaranya dalam perjanjian New START. “Saya harus mengatakan hari ini,  Rusia menangguhkan keikutsertaannya dalam New START. Saya ulangi, bukan menarik diri dari perjanjian, tidak, tapi hanya menangguhkan keikutsertaannya,” kata Putin saat memberikan pidato kenegaraan di Majelis Federal Rusia, Selasa (21/2/2023), dikutip laman kantor berita Rusia, TASS.

Putin menekankan, sebelum kembali ke diskusi tentang isu melanjutkan tugas sebagai bagian dari New START, Rusia harus memahami dirinya sendiri, terutama terkait apa yang diperebutkan oleh negara anggota NATO seperti Prancis dan Inggris serta bagaimana persenjataan strategis mereka diperhitungkan. “Dengan kata lain, potensi serangan keseluruhan dari aliansi tersebut,” ujar Putin.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev mengatakan, penangguhan partisipasi Moskow dalam New START merupakan respons atas kebijakan anti-Rusia Amerika.

“AS telah mendapatkan apa yang pantas untuk kebijakan anti-Rusianya yang bodoh, yaitu menangguhkan New START. Anda tidak dapat berperang melawan Rusia, sambil membuatnya tampak bahwa dengan masalah stabilitas strategis, itu adalah yang biasa. Layani Anda dengan benar!” tulis Medvedev di akun Twitter-nya.

New START adalah perjanjian kontrol senjata yang dijalin Moskow dan Washington sejak 2010. Masa aktifnya seharusnya berakhir pada 5 Februari 2021 tapi kedua negara sepakat memperpanjangnya. Perjanjian itu melarang kedua negara mengerahkan lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir, membatasi rudal, dan pengebom berbasis darat serta kapal selam yang mengirimnya.

Sebelumnya AS dan Rusia juga terikat dalam perjanjian Intermediate-range Nuclear Forces (INF). Perjanjian itu bubar setelah kedua negara saling tuding melanggar poin-poin kesepakatan. INF ditandatangani pada 1987. Ia melarang Washington dan Moskow memproduksi dan memiliki rudal nuklir dengan daya jangkau 500-5.500 kilometer.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler