Minuman Bersoda Seperti Coca-Cola dan Pepsi Sebabkan Efek Samping Aneh: Perbesar Testis
Apa dampaknya jika testis membesar?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Studi baru menunjukkan bahwa minuman bersoda yang populer di masyarakat dunia dapat meningkatkan ukuran testis pria. Peneliti Cina menemukan bahwa miuman ringan berkarbonasi Coca-Cola dan Pepsi meningkatkan kadar testosteron dan memperbesar ukuran alat kelamin pada tikus jantan.
Makalah ini tampaknya bertentangan dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan minuman bersoda dapat memiliki efek negatif pada kadar testosteron. Namun, para ahli menunjukkan bahwa minuman kegemaran banyak orang itu dapat meningkatkan risiko beberapa kondisi jangka panjang, seperti obesitas, diabetes, dan kanker.
Minuman tersebut juga bisa berdampak negatif pada kesuburan wanita. Sebuah penelitian sebelumnya menemukan minuman soda itu mengecilkan indung telur betina pada tikus.
Penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Acta Endocrinol itu menguji efek dari dua minuman bersoda tersebut pada lebih dari 100 tikus selama 15 hari. Beberapa tikus disimpan dalam kandang dengan Coca-Cola dan lainnya dengan Pepsi pada tingkat konsentrasi yang berbeda. Kelompok tikus lain digunakan sebagai kontrol, dan diberi air murni.
Massa testis tikus secara signifikan lebih besar pada kelompok yang minum Coca-Cola dan Pepsi konsentrasi tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Tikus yang diberi Coca-Cola dan Pepsi murni juga memiliki kadar hormon laki-laki yang lebih tinggi daripada kelompok kontrol.
"Hasilnya menunjukkan Pepsi atau Coca-Cola dosis tinggi dapat meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan testis," tulis para penulis, dilansir The Sun, Kamis (22/2/2023).
Hanya saja, efek jangka panjang minuman bersoda pada massa testis dan produksi testosteron juga belum jelas. Sementara itu, sebuah studi terpisah menemukan panjang rata-rata penis telah tumbuh sebesar 25 persen dalam 30 tahun terakhir.
Dari 1992 hingga 2021, rata-rata panjang anggota tubuh itu saat ereksi melonjak dari 12 cm menjadi 15 cm, menurut analisis dari pakar AS. Walaupun orang mungkin berpikir ini bisa menjadi hal yang baik untuk pria, petugas medis prihatin dengan temuan tersebut.
Di World Journal of Men's Health, tim di Stanford University, Amerika Serikat, mengatakan peningkatan ukuran bisa disebabkan oleh pola makan yang buruk, gaya hidup yang tidak banyak bergerak, dan bahan kimia. Mereka mengatakan faktor-faktor ini juga dapat berdampak negatif pada kesuburan.