DPR Dukung Penggunaan Pupuk Organik oleh Petani

Struktur tanah saat ini membutuhkan lebih banyak pupuk organik

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Petani menabur pupuk organik ke lahan pertaniannya, (ilustrasi).
Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- DPR RI mendukung penggunaan pupuk organik oleh petani untuk meningkatkan kualitas produksi sekaligus memperbaiki struktur tanah serta mengantisipasi ketiadaan pupuk kimia.


Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima di sela acara tanam pohon di Desa Geneng, Kecamatan Polokarto, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat mengatakan saat ini sebagian petani di Solo Raya sudah mulai menggunakan pupuk organik.

"Kemarin saya langsung ke petani di Gapoktan Klaten. Memang ketiadaaan pupuk ini membuat mereka sekarang mengkombinasikan menjadi semi organik," katanya.

Ia mengatakan penggunaan pupuk organik tersebut dinilai positif karena struktur tanah saat ini membutuhkan lebih banyak pupuk organik. Bahkan di Delanggu ada padi wulu dan rojolele yang betul-betul sudah 100 persen dibudayakan secara organik.

"Jadi tidak lagi menggunakan pupuk kimia dan ternyata permintaan padi organik ini luar biasa, tidak hanya dalam negeri tapi luar negeri juga," katanya.

Mengenai penggunaan pupuk kimia yang terlalu lama, menurut dia akan berdampak pada rendahnya daya serap tanah terhadap air.

"Daya serap terhadap air sudah begitu sulitnya karena memang terlalu lamanya pupuk kimia dipakai dan kurang tekunnya gunakan pupuk organik yang dari petani sendiri. Nah yang bagus tetap 200 kilo/ha tetapi dengan kombinasi pupuk organik yang memperbaiki struktur tanah," katanya.

Ia mengatakan upaya tersebut juga untuk menyikapi mengecilnya kuota pupuk bersubsidi.

"Kalau yang untuk masa tanam sekarang relatif cukup tersedia ya, kalau kemarin kan perhitungan kami di musim tanam ketiga kemungkinan terjadi pengaturan distribusi yang kuotanya memang mengecil," katanya.

Ia mengatakan jika sebelumnya kuota pupuk bersubsidi sebesar 9 juta ton untuk saat ini 7,7 juta ton.

"Tapi sekali lagi bahwa kami terus akan melakukan proses perubahan permintaan anggaran. Kami harapkan perubahan anggaran bisa kami naikkan ke 9 juta kembali atau 10 juta ton, supaya kelangkaan pupuk yang seperti kemarin relatif bisa teratasi terutama di musim tanam ketiga ya yang bulan September, Oktober, Desember," katanya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler