Gaji Guru Rendah dan Inflasi Naik, Mahasiswa Bidang Pendidikan Kurang Minat Menjadi Guru
Semakin mahalnya biaya hidup terutama di kota besar membuat mahasiswa jurusan pendidikan berpikir bahwasanya dengan gaji yang didapatkan bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, terlebih apabila sarjana yang baru lulus dan minim pengalaman,
Guru termasuk salah satu profesi mulia yang sangat diperlukan bagi kemajuan sumber daya manusia di setiap negara. Diciptakannya jurusan pendidikan juga menjadi salah satu cara untuk memunculkan calon-calon guru profesional yang akan mengabdi kepada Negara.
Sarjana lulusan bidang pendidikan di Indonesia terbilang cukup banyak. Pada Februari 2023, pendidikan menjadi bidang konsentrasi dengan jumlah mahasiswa terbanyak dari total seluruh Universitas yang ada di Indonesia. Berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) terdapat 14,2% atau sekitar 1.371.105 mahasiswa yang menempuh bidang pendidikan dari total 9.632.549 mahasiswa, serta 6.127 program studi.
Pada kenyataannya tidak seluruh mahasiswa yang sedang menempuh studi pendidikan benar-benar ingin menjadi seorang guru. Kurangnya minat mahasiswa pendidikan untuk menerjunkan diri ke ranah tersebut pun bukan tanpa alasan. Banyak sekali penyebab hal tersebut terjadi, salah satunya adalah rendahnya gaji profesi guru.
Nominal Gaji Guru dan Tingkat Inflasi
Indonesia menjadi peringkat ke-2 dengan penghasilan guru terendah berdasarkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD), sangat jauh berbeda jika dibandingkan dengan Swiss yang menjadi salah satu negara dengan gaji guru tertinggi senilai US$ 110.000 pertahun atau setara Rp. 1,67 miliar (kurs Rp. 15.206), atau 139 juta setiap bulannya.
Dikutip dari Kumparan.com, guru Sekolah Menengah Atas (SMA) berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan golongan 1A memiliki gaji terendah senilai Rp. 1.560.800 dan gaji tertinggi pada golongan IVE senilai Rp. 5.901.200. Sedangkan gaji guru honorer SMA disesuaikan dengan latar belakang pendidikan, pengalaman, dan beban kerja yang ditanggung oleh setiap guru honorer di instansi tempatnya mengabdi, yang mana rata-rata berkisar Rp. 300.000 hingga Rp. 1.000.000. Gaji guru PNS ini telah diatur pemerintah dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 15 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedelapan Belas atas Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1977 Tentang Peraturan Gaji Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Semakin mahalnya biaya hidup terutama di kota besar membuat mahasiswa jurusan pendidikan berpikir bahwasanya dengan gaji yang didapatkan bahkan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup, terlebih apabila sarjana yang baru lulus dan minim pengalaman, serta banyak kebutuhan. Terlebih apabila tingkat inflasi tinggi, yang mana harga-harga barang dan jasa di pasar terus naik, gaji guru yang segitu tentu tidak dapat membantu banyak untuk memenuhi segala kebutuhan pribadi apalagi keluarga. Sehingga, kebanyakan guru memang memiliki pekerjaan sampingan untuk membantu pendapatan.
Bulan Januari 2023 sendiri inflasi tercatat sebesar 5,28% (yoy), meski terbilang aman dan terpantau karena adanya penurunan dari Desember tahun 2022, inflasi ini diprediksi naik kembali pada bulan Ramadan. Dimana kelompok pangan bergejolak (volatile food), kelompok inti dan kelompok (administered price) tentunya mengalami kenaikan, yang mana guru tentunya menjadikan berbagai kelompok ini terutama kelompok pangan bergejolak untuk menjadi kebutuhan kesehariannya, seperti makanan, kebutuhan air bersih, bahan bakar kendaraan dan lainnya.
Dengan gaji guru PNS yang terendah sebesar Rp. 1.560.800 butuh pengendalian pemasukan dan pengeluaran untuk menjaga dan mengontrol uang yang dimiliki. Lalu bagaimana dengan guru honorer yang bahkan sebulan sekitar Rp. 300.000?. Dengan gaji guru honorer yang bahkan kurang dari Rp. 1.000.000 sunguh miris apabila dilihat dari harga-harga barang yang ada di pasar, apakah dengan uang itu dapat memenuhi kebutuhan selama satu bulan hingga jadwal terima gaji selanjutnya?.
Kurangnya Minat Menjadi Guru
Guru, dulunya adalah salah satu profesi yang menjadi jawaban dari anak-anak kecil saat ditanya cita-cita masa depan mereka. Namun saat beranjak dewasa, banyak dari kita yang sadar keuangan merasa bahwa gaji guru tidak terlalu cukup untuk menjadi pegangan kebutuhan setiap bulannya.
Sebagai salah satu pelaku yang tengah mengenyam pendidikan di jenjang perguruan tinggi pada bidang ini, pertanyaan “apakah ingin jadi guru setelah lulus nanti?” sering kali datang di dalam atau di luar kelas. Saat pertanyaan serupa terlontar di dalam kelas, tidak lebih dari 20% dari penghuni kelas yang menyuarakan dengan tegas dan lantang bahwasanya profesi guru adalah pekerjaan yang ingin ditekuni setelah lulus nantinya.
Berkaca dari angka gaji yang diberikan, profesi guru memang belum mendapatkan cukup perhatian di negara ini, mengingat gaji guru SMA PNS golongan 1 saja tidak lebih tinggi dari UMR kota besar, lalu bagaimana seorang guru dapat mendedikasikan diri sepenuhnya untuk mencerdaskan para penerus bangsa? Pada kenyataannya banyak guru yang memiliki pekerjaan maupun usaha sampingan untuk membantu pemasukan bagi dirinya dan keluarga.
Peran Penting Profesi Guru
Dengan banyaknya tantangan untuk menjadi guru, keikhlasan dan tanggung jawab yang besar, guru menjadi salah satu panutan yang penting untuk perkembangan putra putri bangsa. Guru sering disebut orang tua kedua di Sekolah bagi para Siswa, selain itu, guru tentunya memiliki banyak peran.
Menurut Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbud Ristek), peran dari guru yaitu:
1. Guru sebagai organisator
2. Guru sebagai demonstrator
3. Guru sebagai pengelola kelas
4. Guru sebagai fasilitator
5. Guru sebagai mediator
6. Guru sebagai motivator
7. Guru sebagai inspirator
8. Guru sebagai klimator
9. Guru sebagai informator
10. Guru sebagai inisiator
11. Guru sebagai kulminator
12. Guru sebagai evaluator
Bukankah sangat banyak? Dengan banyaknya peran yang dijalankan seorang guru, menjadi apapun untuk mencerdaskan para muridnya, guru sering kali dijuluki “Manusia Setengah Dewa”, hampir sempurnanya seorang guru dengan niat yang tulus serta ikhlas, namun kenyataan bahwa gaji yang diterima bahkan bisa dikatakan belum setara dengan jasa yang diberikan membuat banyak calon pendidik kembali berpikir untuk menerjunkan diri di ranah pendidikan itu.
Meskipun di era yang serba canggih ini, para siswa dapat dengan mudah belajar, dimanapun, kapanpun dan dengan siapapun. Namun, peran guru masihlah sangat diperlukan dan sangat penting, terlebih untuk mengajarkan sopan santun, akhlak, sikap dan sifat positif kepada para generasi selanjutnya. Meskilah segala bentuk teknologi saat ini dapat menggantikan banyak pekerjaan, namun peran guru tetap tidak dapat tergantikan.