Petani Badui Panen Raya Padi Huma di Pedalaman Lebak

Masyarakat Badui belum pernah mengalami kelaparan maupun kerawanan pangan.

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Wanita Suku Badui Luar berjalan di ladang padi miliknya di Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.
Rep: Antara Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Petani Badui di Kabupaten Lebak, Provinsi Banten memasuki musim panen raya padi huma yang dikembangkan di lahan darat. Sehingga, hal itu mampu menyumbangkan ketersediaan pangan masyarakat adat itu.


"Kami merasa lega panen padi huma seluas satu hektare itu dengan kondisi baik dan tidak terserang hama penyakit," kata Santa (55 tahun), seorang petani warga Badui, Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Kamis (2/3/2023).

Petani Badui pedalaman Kabupaten Lebak kini sibuk memasuki musim panen padi huma dan berlangsung sampai dua pekan ke depan. Mereka memanen padi huma di kawasan tanah hak ulayat adat juga kawasan luar adat, seperti di Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Cileles, Muncang, Gunungkencana dan Bojongmanik.

Masyarakat Badui untuk panen padi huma di luar tanah hak ulayat adat dengan sistem menyewa lahan milik Perum Perhutani maupun lahan orang lain. "Kami panen raya padi huma tahun 2023 dari tanam Oktober 2022, karena menggunakan benih lokal dengan masa panen selama enam bulan," kata Santa.

Dia mengatakan, panen raya padi huma di wilayahnya di Kecamatan Gunungkencana hingga puluhan hektare di lahan milik Perum Perhutani dengan petani Badui mencapai ratusan orang. Masyarakat Badui menempati lahan milik negara itu untuk dijadikan areal sistem tumpang sari bersama tanaman sayuran, palawija, dan tanaman keras.

"Kami merasa bersyukur hasil panen padi huma tidak terserang hama, karena curah hujan sejak Desember 2022 lalu cukup tinggi hingga menyuburkan lahan pertanian," kata Santa.

Begitu juga Kubil (50), seorang petani Badui, warga Kadu Ketug, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, mengaku, panen padi huma tahun ini cukup bagus karena didukung curah hujan tinggi. Kemungkinan panen padi huma bisa menghasilkan sebanyak 30 karung dari lahan 5.000 meter dan bisa memenuhi kebutuhan pangan selama setahun.

"Kami selain menanam padi huma juga menanam budi daya umbi-umbian, pisang dan jagung," kata Kubil.

Kepala adat yang juga Kepala Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Jaro Saija mengatakan, selama ini, masyarakat Badui belum pernah mengalami kelaparan maupun kerawanan pangan. Pasalnya, hasil produksi beras dari bercocok tanam di ladang melimpah dan surplus juga hasil panen padi huma tidak dijual.

Setiap hasil panen disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit. "Kami berharap panen padi huma bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga," kata Jaro. Dia menjelaskan, masyarakat Badui bercocok tanam padi huma hingga kini masih mempertahankan adat dengan mengembangkan di lahan darat dan tidak di areal persawahan.

Karena itu, masyarakat Badui yang berpenduduk 11.620 jiwa dan terdiri dari laki-laki 5.870 jiwa dan perempuan 5.570 jiwa menempati di tanah hak ulayat adat seluas 5.100 hektare, yang di antaranya 3.000 hektare hutan lindung. Masyarakat Badui hanya bisa menggarap pertanian seluas 2.100 hektare, dan terpaksa ke luar kawasan hak tanah ulayat adat untuk mengembangkan usaha pertanian.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat mengatakan, selama ini prinsip masyarakat Badui menata produksi pangan cukup bagus sejak nenek moyang sehingga belum mengalami krisis pangan. Mereka mempertahankan pangan dengan bercocok tanam padi gogo di lahan darat hingga surplus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler