Teori Konspirasi Merebak Setelah Perilisan Laporan Baru AS Soal Asal-Usul Covid-19
Energy Department AS menyebut virus penyebab Covid-19 berasal dari lab Cina.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Tiga tahun setelah pandemi Covid-19 melanda dunia, asal-usul SARS-CoV-2 sebagai virus penyebabnya masih belum terungkap juga. Entah virusnya berasal dari laboratorium atau menyebar ke manusia dari hewan.
Seperti biasa, begitu laporan baru mengenai asal-usul SARS-CoV-2, misinformasi Covid-19 dengan cepat kembali merebak. Klaim menyesatkan tentang virus, vaksin, dan masker yang telah bergema sejak pandemi mulai lagi-lagi mencuat.
Itu terjadi lagi pada pekan ini, setelah Energy Department di Amerika Serikat mengonfirmasi laporan rahasia--yang memiliki tingkat kepercayaan rendah--bahwa virus tersebut lolos dari laboratorium. Dalam beberapa jam, penyebutan teori konspirasi yang melibatkan Covid-19 secara daring mulai meningkat.
Komentator banyak yang mengatakan laporan rahasia itu adalah bukti bahwa mereka benar selama ini. Laporan baru itu sebetulnya belum dipublikasikan secara luas dan belum menjadi kesimpulan final.
Soalnya, menurut para pejabat di Washington, berbagai lembaga AS tidak sepakat mengenai kesimpulan tersebut peneliti dari Energy Department. Direktur FBI, Christopher Wray, mengatakan pihaknya sudah cukup lama menilai bahwa asal mula pandemi kemungkinan besar berasal dari insiden laboratorium di Wuhan.
Hanya saja, klaim itu tidak disepakati oleh komunitas intelijen AS. Banyak ilmuwan meyakini penjelasan yang paling mungkin adalah bahwa virus corona yang menyebabkan Covid-19 berpindah dari hewan ke manusia, mungkin di pasar Huanan di Wuhan, sebuah skenario yang didukung oleh berbagai penelitian dan laporan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa meskipun kemungkinan besar virus itu berasal dari hewan, tetapi kemungkinan kebocoran laboratorium harus diselidiki lebih lanjut. Menurut ahli virologi, Angela Rasmussen, masyarakat harus berpikiran terbuka tentang bukti yang digunakan dalam penilaian Energy Department.
Di sisi lain, Rasmussen mengatakan ilmuan harus mengevaluasi laporan rahasia untuk menilai kemungkinan itu cukup persuasif untuk menantang kesimpulan bahwa virus menyebar dari hewan. Sebab, sebagian besar bukti terus mendukung asal alami.
"Saya seorang ilmuwan. Saya perlu melihat bukti alih-alih mempercayai kata-kata direktur FBI untuk itu," kata Rasmussen, dilansir Associated Press, Kamis (2/3/2023.
Di sisi lain, orang yang mengutip laporan itu sebagai bukti tampaknya tidak tertarik dengan detailnya. Mereka menggunakan laporan itu untuk menunjukkan bahwa para ahli juga salah dalam hal masker dan vaksin.
"Penutupan sekolah adalah kebijakan yang gagal dan bencana. Masker tidak efektif. Dan berbahaya," tulis sebuah cicitan yang telah dibaca hampir 300 ribu kali sejak Ahad (27/2/2023) waktu setempat.
"Covid berasal dari laboratorium. Skeptisisme kita benar," ujarnya.
Penyebutan Covid-19 secara keseluruhan mulai meningkat setelah The Wall Street Journal menerbitkan berita tentang laporan Energy Department pada Ahad. Sejak itu, pembahasan berbagai teori konspirasi terkait Covid-19 telah melonjak, menurut analisis yang dilakukan oleh Zignal Lab, sebuah firma intelijen media yang berbasis di San Francisco, AS.
Walaupun teori kebocoran lab telah beredar di internet sejak pandemi merebak, menurut analisis Zignal, referensi ke teori itu melonjak 100 ribu persen dalam 48 jam setelah laporan Energy Department terungkap. Zignal menyisir media sosial, blog, dan situs lainnya untuk mencermati percakapan di dunia maya.
Banyak teori konspirasi saling bertentangan dengan temuan dalam laporan Energy Department. Dalam sebuah cicitan, seorang dari kubu Partai Republik di Georgia, Marjorie Taylor Greene, menyebut Covid-19 merupakan senjata biologis buatan manusia dari Cina. Seorang pengikut dengan cepat menepisnya, "Itu dibuat di Ukraina".
Dengan begitu banyak pertanyaan yang tersisa tentang peristiwa yang telah merenggut begitu banyak nyawa ini maka tidak mengherankan bahwa Covid-19 masih mampu menimbulkan begitu banyak kemarahan dan informasi yang salah.
"Pandemi ini sangat mengganggu semua orang. Intensitas perasaan tentang Covid, saya rasa itu tidak akan hilang," ujar seorang rekan senior di Alliance for Securing Democracy, Bret Schafer, yang memonitor propaganda Pemerintah soal Covid-19.
Di masa lalu, pejabat pemerintah Cina telah menggunakan akun media sosial mereka untuk memperkuat teori konspirasi anti-AS. Beberapa di antaranya menyatakan bahwa AS menciptakan virus penyebab Covid-19 dan menjebak Cina dengan melepaskannya di sana.
Sejauh ini, mereka telah mengambil pendekatan yang lebih tenang terhadap laporan Energy Department. Dalam tanggapan resminya, pemerintah Cina menolak penilaian lembaga tersebut dan menyebutnya sebagai upaya mempolitisasi pandemi.