Ilmuwan Ingatkan Virus Flu Burung Telah Bermutasi, Lebih Mampu Menyerang Manusia

Seorang remaja putri di Kamboja meninggal akibat infeksi flu burung.

AP/Ariel Schalit
Seorang pekerja memungut burung bangau yang mati akibat flu burung di kawasan konservasi Danau Hula, utara Laut Galilea, di Israel utara, Ahad, 2 Januari 2022. Virus penyebab flu burung kini dikhawatirkan telah bermutasi sehingga lebih mampu menginfeksi manusia.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ilmuwan memperingatkan virus flu burung yang bermutasi bisa lebih mampu menginfeksi sel manusia. Ini menimpa seorang remaja putri yang berusia 11 tahun di Kamboja.

Korban diyakini telah terinfeksi dari unggas di Provinsi Prey Veng, dekat Vietnam. Anak itu adalah manusia pertama yang meninggal karena flu burung pada 2023.

Salah satu dari 12 kontak dekat yang menjalani tes, yakni sang ayah, juga telah terinfeksi. Selain itu, puluhan orang lain dari wilayah yang sama juga diyakini membawa virus tersebut.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran virus mulai menyebar di antara manusia. Pemimpin tim di Institut Pasteur du Cambodge, dr Erik Karlsson, mengatakan virus yang diselidiki dari gadis itu berbeda dengan sampel yang diambil dari burung di kawasan itu.

"Ada beberapa indikasi bahwa virus ini telah menular ke manusia. Setiap kali masuk ke inang baru, virus ini akan mengalami perubahan tertentu yang memungkinkan mereka untuk sedikit lebih mudah bereplikasi atau berpotensi sedikit lebih mudah mengikat sel di saluran pernapasan kita," kata Karlsson, dilansir The Sun, Kamis (2/3/2023).

Karlsson mengatakan tidak mungkin mutasi terjadi pada gadis itu, tetapi virus mungkin berkembang secara acak di dalam tubuh burung. Tak hanya itu, virus belum sepenuhnya beradaptasi dengan manusia.

Di sisi lain, para ahli mengingatkan untuk tidak meremehkan ancaman dari varian virus di Kamboja. Mereka menyebut ini adalah bentuk zoonosis dari virus yang menginfeksi spesies baru dan perlu ditangani dengan sangat hati-hati.

Baca Juga


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan dari 873 kasus H5N1 pada manusia yang dilaporkan selama dua dekade terakhir, lebih dari setengahnya (458) berakibat fatal. Namun, sejauh ini tidak ada bukti bahwa virus menyebar dengan mudah antarmanusia.

Ketakutan telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir karena wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya di antara burung dan mamalia. Para ahli khawatir skala penyebaran saat ini dapat memberi virus lebih banyak peluang untuk bermutasi yang memungkinkan H5N1 menyebar lebih baik pada manusia.

Sebagai persiapan, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA) membuat pemodelan mirip Covid-19 untuk memprediksi kemungkinan yang bisa terjadi jika virus mulai menular dari manusia ke manusia. Badan Pemerintah juga sedang mempertimbangkan untuk membuat tes aliran lateral flu burung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler