Anggito Abimanyu Luncurkan Buku Pelita Hati Untaian Syair Cinta Tanpa Syarat
Pelita Hati Untaian Syair Cinta Tanpa Syarat ditulis berdasarkan 12 syair.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. Anggito Abimanyu meluncurkan buku Pelita Hati Untaian Syair Cinta Tanpa Syarat pada Jumat (3/3/2023) di Ruang Serbaguna Lantai 2 Gedung Utama Universitas Al Azhar Indonesia, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Buku ini diterbitkan oleh BUKUREPUBLIKA (Imprint Republika Penerbit) dan bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI).
“Jadi buku ini yang hari ini Alhamdulillah diluncurkan merupakan perjalanan dari 25 tahun ya. Perjalanan spiritual saya dalam karier baik di birokrasi, di korporasi, maupun di akademik,” ujar Anggito di Gedung Utama Universitas Al Azhar Indonesia, Jumat (3/3/2023).
Buku ini mengisahkan beberapa cerita-cerita yang akhirnya menjadikan Anggito menemukan suatu pencerahan. Yaitu, melalui yang disebut sebagai pelita hati.
Menurut Anggito, pelita hati itulah cahaya hati. “Cahaya hati untuk melihat bahwa sebetulnya hidup itu akan kembali kepada diri kita masing-masing di mana kita itu diuji dalam berbagai macam cobaan ujian, tantangan, dan hambatan. Kalau kita kembali dalam hidup sendiri, kita pasrah, kita ikhlas, dan kita selalu bersyukur, maka kita mendapatkan yang namanya pelita hati,” ujar mantan kepala badan pengelola keuangan haji (BPKH) ini.
Pelita Hati Untaian Syair Cinta Tanpa Syarat ditulis berdasarkan 12 syair Anggito. Dia menulis 12 syair selama 12 tahun.
Syair-syair milik Anggito ini ditulis ke dalam sebuah buku yang cukup komprehensif, menceritakan mengenai bagaimana syair tersebut dibuat, disusun, dijadikan semua buku yang tampaknya cukup unik. “Karena belum banyak buku yang ditulis berdasarkan syair lagu,” kata Anggito.
Dia juga menyebutkan ada kendala selama penulisan buku Pelita Hati Untaian Syair Cinta Tanpa Syarat, karena dia bukan sastrawan, juga novelis. Tetapi Akmal Nasery Basral sebagai penyunting buku maupun pihak BUKUREPUBLIKA ingin supaya buku tersebut menjadi karya sastra.
“Sastra itu kan angka juga nggak ada, logika ekonomi juga tidak terlalu menonjol ya, semuanya kata hati, suara hati, ekspresi, doa, tuntutan, keinginan, rasa syukur, dan sekaligus nasehat-nasehat. Suatu hal yang harus bisa dipahami oleh orang banyak,” ujar pria berusia 60 tahun ini.
Saat ditanya, pesan apa yang mau disampaikan ke pembaca, Anggito menyatakan dia ingin menceritakan kisah perjalanan spiritual dalam kariernya dan pesan moral bahwa sesulit serta seberat apa pun hidup ini, kalau kita kembali kepada Allah SWT hidup itu akan mudah.
“Jadi ini pesan-pesan yang ingin disampaikan, maka namanya Pelita Hati, cahaya hati. Jadi jawaban dari kesulitan hidup manusia itu ada dalam hati kita masing-masing,” katanya.
Musisi Dwiki Dharmawan mengungkapkan orang yang senang menulis adalah orang yang banyak gagasan. Maka, tutur Dwiki, penulis syair, penulis buku, dan penulis lagu merupakan orang yang banyak gagasan serta gagasannya dituliskan, diekspresikan melalui seni.
Pria kelahiran 1966 ini sudah sempat membaca bukunya secara PDF dan merasa kagum sekali. “Bahkan saya juga mengarasemen sebuah lagu yang sudah ditulis oleh Pak Singgih Sanjaya, guru saya di Yogya tapi saya diminta mengaransemen kembali oleh Pak Anggito. Wah ini dahsyat, Demi Fajar Itu,” kata Dwiki.
Sementara itu, Akmal Nasery Basral mengucapkan barakallah fi umrik (semoga Allah SWT berkahi usiamu) kepada Anggito. Karena Anggito genap berusia 60 tahun pada 19 Februari 2023.
“Jadi saya kira ini adalah salah satu tradisi yang baik ketika kita mensyukuri hari kelahiran dengan membuat sebuah buku, apakah buku itu berkaitan dengan non fiksi atau fiksi. Dalam kaitan ini berkaitan dengan sastra dan syair sajak-sajak sufi,” ujar Akmal.