Pemimpin Wagner Group Minta Ukraina Mundur Dari Kota Bakhmut

Wagner Group disebut memasok tentara bayaran untuk Rusia.

EPA-EFE/SERGEY SHESTAK
Tentara Ukraina menembakkan senjata antipesawat ke posisi dekat Bakhmut, wilayah Donetsk, Ukraina timur, Sabtu (4/2/2023), di tengah invasi Rusia.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin kelompok tentara bayaran Rusia Wagner Group, Yevgeny Prigozhin, mengatakan para pejuangnya  secara praktis telah mengepung Kota Bakhmut di Ukraina timur. Prigozhin meminta Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy untuk mundur dan meninggalkan kota itu.

Baca Juga


Namun klaim Prigozhin ini tidak dapat dikonfirmasi. Situasi di Bakhmut sangat genting, di tengah bukti bahwa Ukraina sedang mempersiapkan posisi pertahanan baru yang luas, termasuk di sekitar kota terdekat Kramatorsk.

Lalu lintas militer dalam jumlah besar terlihat di jalan terdekat pada Jumat (3/3/2023). Ada klaim bahwa beberapa jembatan di dekat kota telah dihancurkan. 

Video yang diunggah di media sosial menunjukkan ledakan jembatan kereta api di atas Sungai Bakhmutka di sebelah timur kota. Sementara rekaman video lain menunjukkan kerusakan pada jembatan jalan kecil.

Di tengah meningkatnya spekulasi bahwa para pembela Ukraina mungkin bersiap untuk mundur, Sekretaris Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina, Oleksiy Danilov, mengatakan, dalam pertempuran di Bakhmut para pembela Ukraina telah menimbulkan korban pada penyerang Rusia dengan rasio 7:1.

“Sulit di sana, tetapi perlu diingat bahwa setiap hari anak laki-laki dan perempuan kami mengirim ratusan dari mereka ke tempat yang seharusnya mereka tuju, mengingat mereka datang ke sini untuk membunuh kami,” kata Danilov, dilaporkan The Guardian, (3/3/2023).

Wakil komandan Garda Nasional Ukraina, Volodymyr Nazarenko, mengatakan kepada Radio NV Ukraina, situasi di Bakhmut kritis dengan pertempuran yang berlangsung sepanjang waktu.

Komandan unit drone Ukraina yang aktif di Bakhmut, Robert Brovdi, yang menggunakan nama 'Madyar', mengatakan, unitnya telah diperintahkan oleh militer untuk segera mundur. Dia telah berjuang di kota itu selama 110 hari.

Pernyataan yang dikeluarkan oleh tentara Ukraina yang bertempur di daerah Bakhmut menunjukkan bahwa, mereka mempertahankan posisinya kendati berada di bawah tekanan yang kuat.

“Teman-teman, saat ini tidak ada penarikan pasukan dari Bakhmut. Pertempuran berlanjut di semua wilayah kota, brigade ke-93 akan terus melakukan tugas yang diberikan.  Situasinya sebenarnya rumit, tetapi percayalah hanya pada sumber resmi dan jangan panik," kata seorang prajurit dari brigade mekanik ke-93 di Twitter. 

Prigozhin mengklaim, pasukannya berperang melawan orang tua dan anak-anak daripada tentara profesional Ukraina. Prigozhin menunjukkan rekaman video tiga orang Ukraina yang ditangkap, terdiri dari seorang pria tua dan dua anak laki-laki. Mereka tampak ketakutan dan meminta untuk diizinkan pulang.  Mereka berbicara seperti berada di bawah tekanan yang ekstrim.

Ukraina telah bertekad untuk mempertahankan benteng Bakhmut. Mereka menghadapi pasukan Rusia yang bertekad untuk merebut kota itu. Pejabat Ukraina mengatakan, pertempuran semakin sulit setelah Rusia mengklaim beberapa desa di dekat Bakhmut dalam beberapa pekan terakhir.

Pertempuran terakhir terjadi saat Kanselir Jerman, Olaf Scholz, terbang ke Washington untuk bertemu dengan Presiden Joe Biden pada Jumat malam.  Pada hari yang sama Amerika Serikat mengumumkan bantuan militer tambahan untuk Ukraina dalam paket senjata senilai 400 juta dolar AS yang mencakup amunisi untuk sistem yang sudah ada.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler