Perhatikan Asupan Kalori Anak agar tidak Obesitas

Orang tua perlu menghindari asupan kalori berlebih pada anak mereka.

www.freepik.com
Anak obesitas (ilustrasi). Dokter meminta anak yang mengalami obesitas jangan dianggap lucu karena itu adalah sebuah penyakit.
Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Mencegah anak mengalami obesitas dapat dilakukan sedari dini, melalui berbagai cara, salah satunya melalui edukasi gizi dalam keluarga sejak calon orang tua menikah.

Baca Juga


Pakar gizi klinik yang tergabung dalam Persatuan Dokter Gizi Klinik Indonesia dr Diana F. Suganda, M.Kes, SpGK mengatakan edukasi kemudian dilanjutkan saat seorang wanita hamil, melahirkan dan seterusnya.

Pada fase pemberian makanan pendamping ASI (MPASI), misalnya, orang tua perlu dipastikan paham mengenai kebutuhan makan anak dalam bentuk gizi seimbang. Ini artinya, anak membutuhkan makan sesuai kebutuhan, bukan keinginan dia atau orang tua.

Seorang anak membutuhkan makanan dengan komposisi gizi, meliputi karbohidrat, protein hewani dan nabati, serta zat mikro lainnya yang disesuaikan dengan kebutuhan anak dan usia tumbuh kembangnya. Dalam hal ini, orang tua perlu paham untuk menghindari asupan kalori berlebih pada anak mereka, demi terhindar dari risiko obesitas.

Makanan olahan, makanan beku, kalengan dan snack sebaiknya dihindari untuk dikenalkan pada anak. Sebaiknya kenalkan anak pada makanan segar dan olahan sendiri. Hidangan ayam lebih baik ketimbang nuget, kemudian memasak sendiri daging cincang dari pada sosis. Sangat penting memilih makanan segar, seperti buah-buahan dan sayuran segar.

Selain pola makan, pemilihan cara memasak yang tepat juga penting. Orang tua perlu mengurangi memasak makanan dengan cara digoreng, misalnya hanya maksimal dua kali dalam sepekan. Sementara selebihnya, mengatur cara memasak dengan menumis, membuat sop bening, membuat pepes dan memanggang karena cara ini dinilai sangat efektif mengurangi asupan kalori anak.

Di sisi lain, literasi gizi juga bisa dengan membiasakan membaca label kemasan pada produk makanan dan minuman. Orang tua bisa memperhatikan jumlah kalori yang tersedia dalam nutrition facts atau informasi nilai gizi sesuai kebutuhan harian. Informasi gizi ini biasanya diukur per penyajian. Jumlah kalori yang ada, misalnya per saji 200 kalori, tetapi setiap satu kemasan mengandung dua kali saran penyajian.

Dengan demikian, apabila sebuah makanan langsung dihabiskan, maka kalori yang dikonsumsi sebanyak dua dikali 200 kalori, yakni 400 kalori. Jumlah ini dikatakan sangat berlebihan untuk sebuah camilan atau makanan selingan.

Dalam membaca label pada kemasan, orang tua juga perlu memastikan kadar gula dan kadar garamnya. Menurut dokter, seseorang yang peduli pada kebutuhan gizi pasti akan selalu membaca label kemasan, membatasi porsi kalori, garam, dan gula sesuai kebutuhan harian dan usia anak.

Lebih lanjut, mencegah anak terkena obesitas bukan berarti sembarangan meminta anak mengurangi makanan secara drastis dan tiba-tiba. Hal ini dikatakan dokter spesialis anak konsultan endokrinologi yang menjabat sebagai sekretaris Unit Kerja Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Frida Soesanti SpA(K).

Mengurangi makanan anak secara drastis dan tiba-tiba, justru akan membuat dia kelaparan dan craving atau keinginan kuat untuk mengonsumsi makanan, sehingga akan menyebabkan sang anak makan lebih banyak.

Untuk membantu mengembalikan kebutuhan kalori anak sesuai usia dan kebutuhannya, bisa dengan membuat jadwal makan tiga kali sehari dan dua kali camilan.

Makan harus lebih banyak daripada snack. Berikan menu bervariasi, terdiri dari karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral. Pastikan menunya berwarna-warni karena yang berwarna-warni pasti sehat, berarti di menu makanan itu ada buah dan sayuran.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler