Rahang Sakit Bisa Jadi Tanda Serangan Jantung, Jangan Anggap Remeh

Ada berapa penyakit yang dapat memicu perubahan dan tanda-tanda di mulut seseorang.

www.freepik.com.
Serangan jantung (ilustrasi). Rasa sakit pada rahang bisa menjadi salah satu tanda serangan jantung.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar medis mengungkapkan tanda bahaya yang harus diwaspadai seseorang, yang bisa jadi merupakan tanda penyakit serius. Dokter gigi memberi tahu orang-orang untuk mengawasi gejala-gejala tertentu yang mungkin menjadi indikator serangan jantung atau osteoporosis. Contohnya, sakit rahang dan gigi lepas.

Baca Juga


Dokter gigi dari Ruh Dental, Rizwan Mahmood, mengatakan, ada berapa penyakit yang dapat memicu perubahan dan tanda-tanda di mulut seseorang. “Inilah mengapa orang harus mengunjungi dokter gigi mereka setidaknya dua kali setahun untuk pemeriksaan dan pembersihan,” kata dia dilansir Mirror, Selasa (7/3/2023).

Kunjungan ke dokter gigi memungkinkan dokter menyarankan untuk menjaga kesehatan mulut secara teratur, dengan menyikat gigi dan flossing di rumah. Kegiatan itu dapat membantu menjaga kesehatan fisik.

“Juga bijaksana untuk mewaspadai setiap perubahan di mulut, serta rasa sakit. Jika Anda melihat sesuatu yang tidak diinginkan, segera temui dokter gigi atau praktisi medis Anda,” ujar Mahmood.

Mahmood mengatakan, kadang-kadang rasa sakit atau ketidaknyamanan di rahang bisa menjadi indikasi serangan jantung. Meskipun kemungkinannya jarang, penting untuk mengenali gejala-gejalanya, yang dapat menyelamatkan nyawa seseorang.

Mahmood menjelaskan, rahang bisa menunjukkan serangan jantung karena saraf yang mendeteksi rasa sakit yang berasal dari jantung berjalan ke area umum yang sama di sumsum tulang belakang. Keduanya berbagi jalur saraf yang sama.

“Sinyal ini kemudian menuju ke otak. Jadi, intinya rahang Anda menandakan rasa sakit atas nama jantung Anda,” kata Mahmood.

Gangguan temporomandibular (TMD) adalah suatu kondisi (yang biasanya tidak serius) yang memengaruhi pergerakan rahang. Tanda-tandanya meliputi, nyeri di sekitar rahang, telinga, dan pelipis; bunyi klik, popping atau gerinda saat menggerakkan rahang; sakit kepala di sekitar pelipis; kesulitan membuka mulut sepenuhnya dan rahang terkunci saat membuka mulut.

Di sisi lain, Mahmood mengatakan, gigi longgar dan goyah mungkin disebabkan penyakit gusi. Bisa juga menunjukkan timbulnya osteoporosis yaitu penyakit yang melemahkan tulang tubuh dan kepadatan tulang.

“Ada penelitian yang menunjukkan hubungan antara osteoporosis dan pengeroposan tulang di rahang tempat gigi berlabuh. Ini harus diperiksa lebih lanjut jika Anda kehilangan gigi secara acak,” ujar Mahmood.

Perubahan enamel gigi dan permukaan gigi bisa menjadi tanda gangguan makan. Menurut Mahmood, gigi yang tampak terkikis dan tembus pandang bisa menjadi pertanda bulimia atau refluks asam. “Asam lambung bersifat abrasif dan dapat terus mengikis enamel gigi,” kata dia.

Kerusakan gigi dapat disebabkan oleh konsumsi makanan dan minuman manis yang berlebihan, serta tidak membersihkan gigi dan gusi. Jika memiliki gigi berlubang, Anda mungkin mengalami sakit gigi, rasa sakit yang tajam saat makan atau minum makanan dingin atau manis yang panas, dan bintik-bintik hitam berwarna putih kecokelatan pada gigi.

Bau napas juga bisa dikenal sebagai halitosis dan merupakan akibat dari mulut kering atau bisa karena mengonsumsi makanan dan minuman tertentu. Namun, Mahmood mengatakan bau napas bisa menjadi tanda penyakit gusi atau gingivitis.

Bau mulut juga bisa menjadi gejala untuk sesuatu yang mendasarinya, sesuatu yang lebih serius. "Itu bisa menjadi penunjuk infeksi sinus, diabetes, infeksi paru-paru kronis, penyakit hati atau ginjal," ujar Mahmood.

NHS merekomendasikan cara terbaik untuk menghindari bau mulut adalah menjaga kebersihan gigi, lidah, dan mulut dengan menyikatnya dengan lembut dua kali sehari menggunakan pasta gigi berfluoride. Gusi sakit dan berdarah mungkin merupakan indikator sesuatu yang lebih buruk seperti penyakit gusi. Penyakit gusi dapat terjadi pada orang dengan kondisi yang mendasarinya seperti diabetes.

Dia mengatakan, penderita diabetes lebih mungkin menderita penyakit gusi yang dikenal sebagai penyakit periodontal. Ini adalah peradangan pada gusi dan tulang di sekitar gigi. "Penyakit periodontal juga menyebabkan bau mulut (halitosis), bahkan kehilangan gigi,” kata Mahmood.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler